Film rilisan Sony Pictures 'The Interview' (TI) yang sempat ragu untuk dirilis gegara ulah hackers, kini mendulang keuntungan dengan caranya yang unik. Film TI yang di AS pada hari Natal khusus ditayangkan pada hanya 331 bioskop juga sudah menuai keuntungan sekitar USD 2.8 juta. Dan dengan caranya yang unik pula, film TI ini sudah meraup untung sekitar USD 15 juta secara online.Â
Dengan kata lain, movie-goers tidak perlu lagi menonton ke bioskop. Walau sudah gratis tersedia di Youtube, khusus mereka yang menggunakan kartu kredit AS dan Kanada dapat membeli film TI secara online. Sedangkan untuk menontonnya via life streaming di website berbayar Sony's Kernel, Anda cukup membayar USD 5,99. Pembayaran dapat dilakukan via Stripe.Â
Ancaman para hackers untuk membocorkan film secara online. Agar pula film TI ini tidak mengundang banyak pemasukan dari penonton. Ternyata malah terjadi sebaliknya. Hackers yang sesumbar dikatakan berasal dari Korea Utara, ternyata belum juga dilihat dengan jelas motifnya. Bahkan, dugaan hackers yang diungkap pembesar Sony Corp. berasal dari Korut pun belum jelas kepastiannya.Â
Korut pun membantah atas tuduhan sembrono yang ditujukan padanya. Walau film TI Â menggambarkan pembunuhan diktator Korut, Kim Jong-Un, namun rupanya Korut tidak terlalu meributkan hal ini. Mereka malah tidak gentar pada tuduhan jika Korut yang melakukan hal ini.Â
Let Freedom Reign a.k.a The Death of Cable TV and MovieÂ
Seorang manager dari Cinema Village, sebuah perusahaan film independen, berkata 'Let the freedom reign'. Atau dengan makna lain dapat dimaknai, kalau film TI ini menandakan matinya film dengan TV kabel, bahkan dengan bioskop.Â
Hackers yang sudah dengan sengaja menyebar film TI secara viral di dunia maya, telah mendatangkan era baru. Sebuah era dimana permintaan akan film baru yang mungkin akan nangkring di Box Office, bisa dilihat secara online via streaming. Tidak perlu lagi berlanggangan TV kabel dan mungkin tidak perlu lagi beranjak dari rumah untuk pergi ke bioskop.
Selain jumlah pelanggan TV kabel yang beralih ke broadband internet. Salah satu penyebab lain di US sendiri adalah jumlah rumah tangga yang semakin sedikit memiliki televisi atau TV. Dari segi makro-ekonomi, jumlah rumah tangga yang memiliki TV ini mempengaruhi prime-time TV viewer.Â
Dengan sederhana, penonton acara TV berkurang, dan saat prime-time hours TV mereka lebih memilih menonton melalui mobile-streaming; gadget dan smartphone. Dan film TI ini pun memperkuat pergeseran era menonton film rilisan baru. Dari yang awalnya ke bioskop, penurunan jumlah movie-goers tahun mulai nampak.Â