Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Solusi Tidak Tertibnya Pengendara Indonesia, Kendaraan Self-Driving

31 Mei 2014   17:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:53 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: healthy-safe.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="378" caption="(foto: healthy-safe.blogspot.com)"][/caption] Duh, kalau sudah kita berada di jalan raya bawaanya bisa emosi. Mulai dari pengendara yang tidak sabaran di jalan. Sampai para pelanggar lalin yang bisa mencelakakan diri dan orang lain, sudah menjadi mahfum.  Pengendara yang tadinya sabar dan tertib bisa saja tersulut emosinya jika macet sudah mengular. Apalagi ditambah para pengendara yang semuanya ingin cepat sampai tujuan. Saling serobot, saling senggol antar kendaraan, dan saling gontok-gontokan pun terjadi. Kadang pula kejadian kecelakaan. Sebuah kejadian yang menjadi momok yang dibiarkan begitu adanya. Pribadi yang kurang santun dan kondisi jalan yang kurang memadai, menjadikan jalan raya serupa medan pertempuran. Semua kendaraan yang dikendarai ingin cepat dan nyaman sampai tujuan. Kalau pengendara kendaraan sudah tidak bisa diatur lagi. Kenapa tidak mengatur kendaraan yang dikendarai. Manusia yang memiliki kebebasan berkendara harus dibatasi. Dibatasinya dengan cara menggantikan peran pengendara dengan mobil self-driving. Mobil yang disusun dengan canggih yang mengintegrasikan komputer, sensor dan memori kebiasaan pengendara. Semua tersemat dalam satu mobil. Sehingga pengendara tinggal duduk santai dan biarkan mobil berkendara sendiri. Lalu berhenti di lampu merah atau berhentis saat ada penyebrang jalan. Bahkan sampai parkir sendiri. Mudah dan praktis bukan? Nanti mungkin tidak ada lagi celaka dan jalan tersendat macet. Karena tiap mobil sudah saling kenal dan faham jalur masing-masing. Tidak ada yang nyerobot lajur kanan atau kiri. Semua sudah diatur otak komputer dalam mobil self-driving. Tidak perlu lagi pengendara repot mengklakson atau ngebut tidak  karuan. Cukup duduk diam, si mobil bisa mengantarkan sampai ke tujuan. Mungkin pula teknologi self-driving ini disematkan ke motor. Sehingga, jalan raya akan tampak lancar dan tertib. Walau padat, tapi semua sudah pada jalur setting-an otak cerdas dalam kendaraan, baik motor maupun mobil. Dan Google inc. sudah mempelopori mobil self-driving ini. Dengan teknologi terkini, Google inc. mencoba mewujudkan mobil ini demi lalu lintas lancar dan mengurangi jumlah kecelakaan di jalan. Mobil yang pertama kali dibuat ini tidak memiliki setir, pedal rem dan pedal akselerasi (gas). Sehingga pengendara hanya duduk santai dan menikmati perjalanan. [caption id="" align="aligncenter" width="383" caption="(foto: thinkprogress.org)"]

(foto: thinkprogress.org)
(foto: thinkprogress.org)
[/caption]

"They won't have a steering wheel, accelerator pedal, or brake pedal ... because they don't need them," Google said Tuesday (May 27, 2014) in a blog post introducing the unnamed electric vehicles. "Our software and sensors do all the work." (berita: cnn.com)

Kendaraan prototipe Google inc, yang serupa mobil bom-bom car ini sudah diuji coba dijalan raya di Amerika. Dengan kecepatan mampu mencapai 60 km/jam, semua fungsi mengerem, membelok, dan melaju diatur dalam otak pintar mobil. Semua fungsi mobil diatur oleh sensor dan rangkaian rumit komputerisasi dalam mobil. Mulai dari kebiasaan parkir sampai mengerem mendadak bisa dilakukan. Dengan sematan kamera yang cukup besar di atap mobil, mobil ini membaca dan mengamati semua gerak-gerik di jalan raya. Dan tentunya untuk menyesuaikan perasaan yang dirasakan saat pengendaranya adalah seorang manusia. Dan tidak mau ketinggalan, Intel pun mulai merancang mobil self-driving-nya. Tidak serupa bentuk mobil utuh dari Google inc.. Intel mencoba menyematkan hardware dan software untuk sebuah mobil. Platform ini disebut in-vehicle solution yang serupa fungsinya dengan otak dalam mobil self-driving dari Google inc.. Dimana 'robot' akan menggantikan sepenuhnya pengendara dalam berkendara. Diakui Intel, platform ini lebih cepat diterapkan dan lebih hemat dalam pembuatannya mencapai 50%. (berita: mashable.com) Indonesia Perlu Mobil Ini! Dan dengan sungguh dan fakta yang ada, Indonesia perlu mobil seperti ini. Walau infrastruktur jalan tidak memadai dan kebijakan LCGC yang semakin mawut. Saya sebagai pengendara yang setiap hari melalu jalan raya, teknologi ini tepat. Selain menggantikan peran pengendara di Indonesia yang semakin hari semakin beringas dan ugal-ugalan. Mobil dengan teknologi self-driving ini mampu mengobati kebiasaan buruk berlalu lintas yang ada. Tidak ada yang salah dengan kendaarannya. Pengendaranyalah yang harus segera 'diobati'. Kalau kebebasan berkendara sudah semakin kebablasan. Gantinya saja pengendaranya dengan 'robot' self-driving ini. Biarkan robot mengambil alih setir dan manusianya diam. Robot tidak pernah mengeluh dan ugal-ugalan. Robot akan patuh pada perintahnya dan konsisten menjalankannya. Dan mobil self-driving saya kira akan menjadikan jalan raya lebih nyaman. Ditambah lagi tentunya, sarana transportasi masal yang baik dan memadai. Walau teknologi mobil self-driving masih jauh di ujung lautan untuk diterapkan di Indonesia. Namun rasanya, kalau ada kemauan dan keperdulian pihak otoritas negri ini, saya fikir akan lebih cepat datang ke Indonesia. Cuma butuh mimpi dan realisasi pemerintah saja. Salam, Solo, 31 Mei 2014 10:42 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun