Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Samadhi, Simulator 4D untuk Merasakan Mati

13 Agustus 2014   05:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:41 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: cdni.wired.uk)

[caption id="" align="aligncenter" width="415" caption="(ilustrasi: cdni.wired.uk)"][/caption] Masuk ke dalam peti gelap lalu tiba-tiba panas menyengat. Tanpa sadar, Anda sudah berada di dalam tungku pembakaran atau krematori. Sesak nafas mulai terasa. Badan mulai panas dan gerah. Nafas mulai tersengal di dalam peti yang semakin terang nyala api. Kemudian apa yang tadinya terang kini semakin gelap. Kemudian ada hawa sejuk berhembus. Angin dingin dan sinar terang mulai terlihat. Anda sudah berada dalam alam reinkarnasi. Begitulah kira-kira bayangan detik-detik kematian dalam kepercayaan orang Tiongkok. Dan ada empat orang yang mencoba membuat simulator kematian, Samadhi. Simulator ini bukan sekadar game, namun peserta atau pemain akan mengalami langsung pengalaman mati itu sendiri. Ding Rui dan tiga temannya, Huang Wei-ping, Yu Hong-tao dan Xu Yang-xi telah meriset dan akhirnya membuat simulator kematian 4D, Samadhi. Samadhi adalah simulator adalah sebuah permainan escape-room. Dimana para pemain akan merasakan bagaimana rasanya mati. Dengan efek cahaya, suara, dan realia yang canggih, Samadhi dipercaya membawa manusia kepada pencerahan hidup. [caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="(foto: Huang Wei-ping mencoba peti mati dalam Samadhi - credit: cnn.com)"]

(foto: Huang Wei-ping mencoba peti mati dalam Samadhi - credit: cnn.com)
(foto: Huang Wei-ping mencoba peti mati dalam Samadhi - credit: cnn.com)
[/caption] Pencetus Samadhi, Huang menciptakannya karena ada pencarian makna hidup yang ia alami. "Negara Tiongkok telah membuat saya kaya raya. Namun, negara ini tidak mendidik dengan kehidupan yang kaya." ujarnya. "Tidak ada model untuk pendidikan tentang kehidupan dan kematian. Tidak seperti pelajaran yang membahas tentang cara menjadi kaya dan sukses. Untuk memahami kematian, lebih baik kita merasakannya sendiri" tambahnya. Ding berharap, Samadhi mampu memberikan pelajaran hidup yang penting. Yaitu, orang mampu mensyukuri dan lebih bermanfaat saat mereka hidup. Dan tentunya, orang lebih dapat mampu menghadapi kematian dengan cara yang lebih personal. "Karena kita sedikit faham tentang kematian, walau takut mati seolah menjadi hal yang sangat menakutkan " tambah Ding. Dengan bermodal crowdfunding, Samadhi ternyata disambut antusias penduduk Tiongkok. Modal untuk meneliti dan membuat Samadhi sendiri dikumpulkan lewat jue.so, semacam Kickstarter di US. Huang dan Ding mampu mengumpulkan dana sekitar RM 410,000 atau sekitar US$67.000 atau sekitar Rp. 784 juta. Rencananya, simulator 4D Samadhi akan selesai akhir Agustus ini. Dan akan dibuka sekitar bulan September nanti. Jika ada yang hendak berkunjung dan merasakan kematian, bisa datang ke 101-104 Building 2, Gongyi Xintiandi, 105 West Pu Yu Road Huangpu District Shanghai. Siapkan tiket masuk RMB 249 atau sekitar US$ 40. Ada yang mau mencoba? (berita: edition.cnn.com) Salam, Solo 12 Agustus 2014 10:07 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun