[caption id="" align="aligncenter" width="563" caption="(ilustrasi: sott.net)"][/caption] SBY sepertinya diam dan adem ayem saja ditengah isu global penyadapan di dunia. Penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Australia, yang diduga dilakukan dari Kedubes di Jakarta, hanya ditanggapi SBY dengan juru bicaranya saja. "Beliau meminta agar hal itu tidak terulang, tidak ada lagi aksi penyadapan di masa depan," kata Juru Bicara Presiden Julian A Pasha, di Jakarta, Rabu (6/11), terkait laporan media asing yang menyebutkan jika Kedubes AS dan Australia di Jakarta dilengkapi dengan piranti penyadapan. Presiden, kata Julian, menyampaikan jika persahabatan antarnegara yang berdasarkan kepercayaan tentu tidak dapat menerima aksi penyadapan itu. (berita: metrotvnews.com) Berbeda reaksinya, jika isu-isu yang beredar menyerang atau 'mengotori' citra SBY di mata masyarakat Indonesia. SBY akan dengan sigap dan gempita menggelar press conference segera. Bak ada hal yang penting dan mendadak yang gawat dan darurat. Seperti pada bulan Oktober lalu, SBY dicatut namanya terkait urusan Bunda Putri. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, sepulang kunjungan kerja dari Brunei Darussalam, Presiden SBY langsung menggelar konferensi pers untuk mengklarifikasi tuduhan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Isaaq (LHI) yang menyebut sosok Bunda Putri adalah orang dekat Presiden. Nama bunda Putri sering disebut-sebut di persidangan kasus dugaan impor sapi di pengadilan Tipikor, Jakarta. Ridwan Hakim, anak Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mengatakan bahwa Bunda Putri adalah mentor bisnisnya. (berita: sindonews.com) Aksi Hacker Meretas Situs Australia, Kurang Tepat Aksi para hacker yang menyebut diri mereka Java Cyber Army dengan meretas atau me-hack beberapa ratus situs di Australia kurang tepat. Aksi mereka adalah aksi 'nyata' mereka atas perilaku Australia yang turut menyadap Indonesia. Dan semata-mata aksi yang didorong nasionalisme. Cyber war yang mengindikasikan efek yang lebih besar nantinya. Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR, menyatakan perang di dunia maya, termasuk aksi retas-meretas, tak terelakkan di dunia yang kian terkoneksi ini. Para hacker Indonesia tersebut juga beraksi lantaran Indonesia terlebih dahulu 'diganggu' oleh pihak Australia. "Saya kira perang cyber tidak terhindarkan. Saya tidak mau menyalahkan mereka (para hacker Indonesia)," ucap Priyo. Diberitakan sebelumnya, ratusan situs Australia menjadi korban peretasan hacker Indonesia. Situs tersebut bervariasi mulai dari rumah sakit hingga yayasan amal. (berita: detik.com) DPR Cepat, SBY Lambat Reaksi DPR sepertinya cukup cepat menanggapi isu penyadapan oleh AS dan Australia ini. Priyo B.S, sebagai Wakil Ketua DPR akan segera berdialog dengan Dubes Amerika Serikat dan Australia perihal isu penyadapan ini. Saya akan mengajak bincang-bincang Dubes AS dan Australia dengan pimpinan DPR dan Komisi Luar Negeri DPR untuk mencari solusi. Mudah-mudahan hari Senin (11/11)," kata Priyo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (8/11/2013). Priyo menegaskan bahwa dirinya bukan 'memanggil' pihak asing tersebut, melainkan 'mengundang' sebagai tamu kehormatan untuk menjelaskan masalah penyadapan tersebut. "Saya melihat pemerintah kita sudah berikhtiar tetapi masih kurang. Diplomasi kita masih terlalu lembek dan sopan santun," ujar politisi Golkar ini. (berita: detik.com) Isu global penyadapan ini nampaknya akan menguap begitu saja. Seperti berita penyadapan SBY di KTT-G20, di London bulan Juli 2013 lalu yang sampai sekarang tidak ada kabar atau bentuk kerugian negara yang timbul. Dan seolah-olah SBY tidak mau perduli. Salam, Solo, 09 November 2013 12:53 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H