Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat Kisah Harry Potter Dipolitisasi Anas

22 Januari 2014   22:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: cdn.pamorama.net)

[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="(ilustrasi: cdn.pamorama.net)"][/caption] Ini hanyalah analisa simbolisme orang awam. Sebuah simbolisme yang lebih menekankan kebetulanologi. Sebuah rangkaian kata yang disusun dan dirunut pada peristiwa dan berita yang sudah terjadi. Dan analisa saya ini berdasar analisa kekentiran dan obrolan warung hiek pinggir jalan. Jika ada nama dan peristiwa yang sama, itu hanya kebetulan semata. Kebetulan yang bisa saja menjadi betul. Anas mulai berkicau (atau tepatnya meracau) di rutan. Di sela-sela waktu leyeh-leyeh di dalam rutan, Anas membaca Harry Potter. Sebuah novel fenomenal tentang witchcraft karya J.K. Rowling. Kisah Harry, Ron, Hermione, Lord Voldermort, dll yang kini 'dipelintir' untuk dipahami dalam konteks politik. Dan lagi, runtutan peristiwa dan berita yang selama ini meng-highlight Anas sebagai 'tumbal' (katanya) dari lingkar mega korupsi. Tweet-tweet yang dikicau Anas, mau tidak mau akan bersimbolisasi politis. Menyinggung ataupun menyindir semua pihak yang dianggap Anas terlibat, sepertinya menjadi tujuan Anas. Dan lagi, semua runutan peristiwa dan berita menjadikan kuatnya simbolisasi tweet Anas berbau politis. Berikut tweet-tweet Anas. Seperti diketahui Voldemort dikisahkan sangat jahat. Menyebut namanya saja orang tak boleh, maka dia sering disebut "You know Who" Dan mungkin analisa kentir saya bisa melihat simbolisasi Lord Voldermort pada SBY. Atau secara major, lingkaran Cikeas. Seperti penyebutan nama Ibas dan SBY agar diperiksa KPK. atas aliran dana siluman Konvensi Demokrat 2010 lalu Namun akhirnya dibantah mentah-mentah..tah tah.. tah oleh mereka. "Ini kisah perjuangan seorang anak yang tak diinginkan lahir oleh Pangeran Kegelapan. #YouKnowWho. *abah" (*abah menandakan tweet ini berasal langsung dari Anas) Dan, simbolisasi anak yang tak diinginkan diibaratkan seperti Anas. Ia tidak diharapkan menang di Konvensi Demokrat 2010 lalu. Idenya membentuk Demokrat baru tidak diinginkan SBY sebagai 'nahkoda'. Walau secara suara menang (karena menyuap). Anas dulu didamba, namun saat ini ditumbalkan. "Kisah prshbtan Tiga Sekawan; Ron, Harry & Hermione menginspirasi bhw sllu ada teman dlm berjuang mlwan Pangeran Kegelapan.#YouKnowWho. *abah" Yuhuu..sudah terlihat sekali siapa dua sahabat Anas. Ron adalah mas Gede Pasek. Seorang yang rela dipecat dengan tidak dihormati oleh nahkoda Demokrat. Dan kini bergabung dengan PPI mendampingi Anas. Sedang Hermione saya sendiri belum bisa mensimbolisasi siapa dia. Karena seorang wanita, apakah ada wanita dalam lingkar Demokrat yang bisa meng-amini kesaksian Anas. Ada Angie, Yulianis atau entah siapa. "Mmbaca kekejian & kesadisan Lord Voldem***, Sang Pangeran Kegelapan yg namanya tak boleh disebut, sya jd merinding sendiri.#YouKnowWho.*abah" (berita: merdeka.com) Wah, sebegitu kejikah si Pangeran (baca: lingkar Cikeas dan SBY)? Sampai-sampai Anas tidak lagi berani menyebut mereka. Atau malah dibungkam dan diancam dengan beragam cara? Dan sepertinya Anas hendak menyiratkan dengan pasti dengan tanda tagar #YouKnowWho sebagai mereka yang telah disebut Anas. Dan you know who-lah mereka...he he he Dan, lagi-lagi analisa ini adalah sebuah analisa kekentiran dari runtutan peristiwa dan berita yan terkait dengan Anas. Simbolisasi yang sebenarnya mudah dipahami oleh para pengamat peristiwa dan berita tentang Anas. Tidak perlu analisa hasil survei dengan random sampling dan margin erro sekian sekian, untuk melihat yang disiratkan Anas. Demikian, semoga tidak ikutan obrolan yang ngidul ngalor di warung hiek pinggir jalan ini. Salam, Solo, 22 Januari 2014 10:44 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun