Bagaimana jika waktu bisa dihentikan? Walau untuk sementara.
Dan dengan perasaan lara, momen itu adalah saat kedua mobil akan saling bertabrakan. Sebuah momen yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Namun bisa menjadi bahan perenungan bersama.
Ada sebuah mobil melaju dengan cepat. Sedang di persimpangan di depan, ada mobil yang hendak menyebrang. Mobil ini akan mengambil lajur berlawanan dengan mobil yang melaju. Pengendara mobil yang melaju cepat ini menyadari segera jaraknya sudah terlalu dekat dengan mobil yang akan menyebrang. Pengendara yang hendak menyebrang pun tahu mobilnya akan bertumburan.
Waktu pun berhenti.
Pengendara mobil yang melaju cepat turun. Begitupun dengan pengendara yang hendak menyebrang jalan. Keduanya pun bertemu di momen yang terhenti ini.
Si pengendara mobil yang melaju memprotes kenapa mobil ia menyebrangkan mobilnya terlalu dekat? Ia sudah merasa benar melaju di jalan lurus ini. Ia harus segera sampai tujuannya cepat.
Sedang si pengendara mobil yang menyebrang tahu ia salah. Ia hanya ingin bisa cepat sampai tujuannya. Dan ia tahu itu. Ia pun meminta maaf.
Tiba-tiba mobil keduanya pun bergerak. Waktu ini tidak selamanya diam.
Si pengendara mobil yang hendak menyebrang pun pasrah. Sebelum kembali ke kemudi, ia hanya ingin pengendara mobil yang melaju tahu, bahwa ada anaknya yang duduk di kursi belakang.
Tiba-tiba si pengendara mobil yang melaju tersadar. Ia telah melaju diatas 100 km/jam. Terlalu cepat untuk mobil di jalan yang ia lalui. Ia pun berkata maaf.
Ada kebingungan dalam hati si pengendara mobil yang melaju. Pun ada kesedihan yang menggeliyat dalam pandangan si pengendara mobil yang hendak menyebrang.