Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ora Mbejaji

15 April 2015   01:12 Diperbarui: 4 April 2017   16:57 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: majalahouch.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="420" caption="(ilustrasi: majalahouch.com)"][/caption]

Pernahkah Anda mengalami hari yang benar-benar membuat hari serasa stagnan. Badmood merajai hari Anda. Memulai hari dengan badan yang super capek dan perasaan yang terkuras habis. Hari serasa kelabu, namun deadline dan tugas-tugas hari itu harus segera dikerjakan dan dituntaskan. Ditambah, ada saja orang-orang di sekitar Anda yang membuat hari semakin tidak jenak. Kalau Anda belum pernah mengalaminya, berarti Anda orang yang beruntung. Bisa mengendalikan mood dengan baik. Dan ada baiknya, usah melanjutkan membaca tulisan ini. Ini yang saya alami baru saja. Dimana satu hari, kelabu mewarnai. Mencoba bersikap positif untuk membuat jalannya hari menjadi indah, namun sulit.

Saat beralih dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, ada saja saya temui hal-hal yang membuat hati kian dirundung awan mendung. Contohnya, saat saya berjalan hendak melakukan satu pekerjaan, ada seorang yang menghampiri saya. Tanpa babibu, saya diminta melengkapi satu hal penting. Entah apa pula yang membuatnya berkata 'aneh' ke saya, namun ungkapannya ini memenuhi isi kepala saya selama satu hari. Ia berkata 'Ora mbejaji' atau tidak patut atau pantas dipandang mata. Bagaimana perasaan Anda mendengar orang yang kita kenal berucap demikian. Beda rasanya jika mood hari itu baik-baik saja. Jika semua ditanggapi dengan santai karena hati dan perasaan tidak ambil pusing.

Fikiran Anda fokus dan terkontrol untuk menyelesaikan pekerjaan. Sayangnya, tidak jika saat mood benar-benar down. Ungkapan sepele, mungkin, bisa menambah buruk jalannya hari. Anda mengingat ungkapan ini sepanjang hari. Sebuah hal yang benar-benar nyangkut di fikiran, sampai aura negatifnya membuat hari berjalan lambat. Saya mencoba berprasangka baik, mungkin ia dan saya lelah. Dan saya bukan tipe orang yang ekspresif menunjukkan rasa tidak sukanya. Saya tetap coba tersenyum walau ada ungkapan yang membuat saya bertanya. Walau nylekit di hati, tapi mimik tetap dijaga sekeren mungkin. Tidak berwajah datar atau tidak suka, hanya berusaha tidak memperburuk suasana.

Saat orang yang saya ajak bicara juga badmood, menunjukkan badmood yang saya 'idap' pun tidak akan baik hasilnya. Arus komunikasi mungkin saja terhenti. Saya okekan saja apa yang orang ini minta, lalu beranjak berlalu mencoba berfokus ke lain hal. Dan ya, dunia Anda seraa sempit sekali. Sempit dan terlalu berfokus pada satu ungkapan, satu masalah, satu orang, atau satu hal sepele. Sehingga satu hari berisi awan kelabu yang menjuntai menunggu datangnya hujan. Dan saya tahu saya harus bertahan satu hari bersama badmood ini. Karena mau tidak mau, satu hari ini harus saya lalui. Dan mencoba mencari celah di langit kelabu ini, sinar matahari esaok hari.

Salam,

Solo, 15 April 2015

01:12 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun