Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menilik Iklim Artikel di Kompasiana

7 Juni 2014   05:57 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:53 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: pickwickbelle.net)

[caption id="" align="aligncenter" width="420" caption="(ilustrasi: pickwickbelle.net)"][/caption] Sedikit merefleksi betapa jenuh dan jemunya pengunjung Kompasiana pada beberapa jenis artikel. Seperti halnya artikel yang admin pasang menjadi Headline (HL) hampir selama 5 jam nangkring. Artikel yang berjudul Analisi TPS Mahasiswa ini memang jujur menceritakan suasana TPS mahasiswa dan hasil Pileg pada 9 April lalu. Dan sesuai dengan judul, artikel ini mereportase plus sedikit opini tentang betapa PKS masih menjadi idaman mahasiswa. Dan secara eksplisit ditulis penulis, PKS menjadi pilihan kaum terdidik. Dengan hit terakhir pukul 10:00 WIB hanya 97 kali lihat, 0 vote dan 1 komentar. Komentar itupun berseloroh tidak sesuai isi artikel, alias pula titip lapak artikel. Terlihat jenuhnya pengunjung, baik silent reader maupun Kompasianer sendiri akan judul berbau PKS. Suatu wacana yang tidak seksi dan genit lagi untuk diangkat. Jikapun yang diangkat adalah Fahri Hamzah sang 'macan'  PKS yang sempat berdebat mlempen melawan Adrian Napitupulu, hitsnya lebih banyak dari yang dikira. Sehingga, kebaruan isu PKS pada kubu Prahara yang dibenturkan dengan kubu Jokowi-JK, menjadi isu hangat. Seperti artikel yang diangkat Pakde Kartono dengan judul Adian Napitupulu KO Fahri Hamzah di Primetime News MetroTV. Artikel ini di-publish kemarin 5 Juni 2014, dengan hits 2707, vote 69 dengan komentar 133. Ada dua hal yang terlihat di kedua artikel diatas. Artikel pertama dibuat oleh Kompasianer yang saya sebut tidak Kompasianis. Kompasianer dengan nama Ekamara Ananami Putra telah membuat 63 artikel dengan 13 tanggapan atau komentar. Walau sudah mendaftar sejak tahun 2011, menanggapi komentar cuma 13 kali saya fikir tidak Kompasianis. Sifat yang tidak hanya sekadar berbagi (Sharing) artikel saja. Dengan tidak ingin berkomentar atau menanggapi artikel Kompasianer lain. Hal ini tidak menjadi nilai inti Kompasiana, yaitu Sharing and Connecting. Beda dengan Kompasianer Pakde Kartono yang membuat akun pada tahun 2012. Beliau telah membua 1431 artikel dan terus bertambah. Dan jumlah tanggapan yang cukup wow, 20.472. Sehingga selain Sharing, Pakde Kartono pun Connecting. Beliau menanggapi komentar pada artikelnya. Dan pula sering mampir menanggapi artikel Kompasianer lain. Dan saya senang melihat artikel dan komentar beliau. Sehingga, semakin kita Sharing sejatinya semakin kita Connecting dengan Kompasianer lain. Artikel-Artikel 'Parno' di Kompasiana Saya fikir, setelah dua kubu terbentuk menjelang coblosan Pilpres 2014 Kompasiana disesaki kubu Jokowi dan Prabowo. Dari kubu Prabowo banyak sudah Kompasianer yang membuka diri menjadi pro-Prabowo. Dan jujur saya senang dengan tulisan mereka. Dan hits artikelnya pun lumayan banyak. Kompasianer seperti pak Hazmi Srondol atau pak Thamrin Dahlan yang banyak menulis tentang Prabowo lumayan banyak pengunjungnya. Selain Kompasianer senior, mereka pun memiliki cukup 'bekal' meladeni komentar yang muncul. Baik sekadar ikut diskusi maupun mengkritisi. Berbeda dengan mereka yang sering disebut akun tuyul, abal-abal, cyber army, atau (kadang) Panasbung (Pasukan Nasi Bungkus) pendukung Prabowo. Mereka cenderung membuat judul yang sarkastik dan mengundang nyinyir pembaca, terutama yang pro-Jokowi. Kadang saya pun sempatkan mampir menengok artikel yang mencoba menohok kubu lawan Prabowo. Dan tentunya, minim pengunjung, vote yang jarang plus komentar yang minim. Dari judul yang dibuat sudah sarkastik, kadang mengundang antipati pembaca. Atau lebih sarkastik, 'jijik' pada artikel sedemikian. Berbeda dengan artikel yang menuliskan tentang Jokowi. Artikel ini biasanya lumayan banyak dikunjungi. Kenapa hanya lumayan? Karena sudah agak (mulai) jenuh pengunjung membahas Jokowi. Semua hal tentang Jokowi sudah dibahas. Dari garis keturunan sampai foto naik haji sudah ada di sini. Dan semua artikel yang membahas Jokowi pun dihinggapi komentar nyinyir. Terutama banyak yang menyulut isu SARA dan sekitar konsiprasi asing pada Jokowi. Namun mereka yang menulis artikel yang membahas Jokowi sigap memberi sanggahan dan klarifikasi. Saya gunakan istilah Kompasianer yang membahas Jokowi. Karena saya lihat hanya menggulirkan simpati dan urun ide tentang Jokowi dari sudut pandang mereka sendiri. Bukan sebagai Timses atau Projo atau Jasmev, atau apapun sebutannya. Namun ada pula beberapa akun Kompasianer yang mendukung Jokowi, kadang juga mereka ingin disebut Jokowi lovers saja. Dan saya sendiri, bukan pula ingin dikatakan pro-Jokowi. Hanya ingin membagi pengalaman saya yang pernah kotanya dipimpin Jokowi. Adapun artikel yang sya bilan dibuat oleh para Kompasianer yang tidak Kompasianis. Artikel ini hanyalah tugas seorang mahasiswa yang di-copas ke Kompasiana untuk di-publish. Setelah itu ditinggalkan dengan menyatut tag tertentu. Atau singkatnya artikel hit and run. Pokonya tugas sudah selesai, silahkan sang dosen atau guru melihatnya di Kompasiana. Cukup search tag yang sudah dipesankan oleh dosen atau guru. Tanpa mau repot-repot memahami pentingnya Connecting. Silahkan selangkapnya di artikel saya Kompasianer yang Tidak Kompasianis Artikel-Artikel di Kompasiana Memang Unik Sudah menjadi hak admin Kompasiana memasang satu artikel menjadi HL. Dan seolah tidak ingin sekadar mengikuti media mainstream, artikel HL di sini memiliki uniknya sendiri. Artikel yang HL atau Trending yang saya amati pada hari kerja, memang lebih banyak artikel dengan isu berita yang sedang aktual. Sedang mendekati akhir pekan, artikel yang ringan, seperti wisata, pengalaman di negri orang, parenting atau konsultasi rumah tangga muncul di HL. Dan saya kira ini cukup tepat. Mungkin sekadar 'mengistirahatkan' fikiran dari hiruk-pikuk artikel tentang dunia polsosbud dan hankam. Yang saya fikir cukup berat isinya. Lebih lagi, beberapa Kompasianer terbaik artikelnya sering nongkrong menjadi HL. Kompasianer seperti pak Tjiptadinata Effendi, bung Isjet, mba Ira Oemar, mas Rahab, ibu Ilyani, bu Ellen Maringka, bung Gatot, pakde Kartono atau penulis hebat lain. Artikelnya sering nongkrong di kanal HL. Dan saya fikir mereka memang Kompasianer hebat. Baik bahasa dan bahasannya menarik sekaligus aktual. Dan banyak pula yang memang mau tahu lebih dengan bertanya pada kolom komentar. Dan saya akui pula, mereka memang benar-benar Kompasianer yang Kompasianis. Benar-benar ingin Sharing and Connecting. Dan iklim artikel di Kompasiana akan terus menjadi cerminan fikir dan keperdulian warga negara pada Indonesia. Semua artikel, baik yang 'jijik' atau hebat niatnya ingin membuat negara ini lebih baik. Baik niat yang ada ingin menjatuhkan Capres lain, pastinya ada hal yang baik dari Capres yang didukungnya. Dan itu yang menurut mereka baik untuk negri ini. Dan saya bangga menjadi salah satu dari orang yang mau sumbang saran dan rembuk ide buat Indonesia yang lebih baik. Salam, Solo 06 Juni 2014 10:34 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun