Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menengok Ceruk Gelap Horor

23 April 2015   21:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_412250" align="aligncenter" width="567" caption="(ilustrasi: leaguegaming.com)"][/caption] Horor. Kata yang menyulut ketakutan, kecemasan, ketegangan, darah, setan, hantu, misteri, dan juga rasa penasaran. Sisi paradoks seni literasi yang bisa dibilang diakui, tapi juga tidak diakui. Satu sisi, horor minim ekstasi estetika karena nuansa macabre (gelap) yang diciptakan. Namun di satu sisi, horor pun mengundang emosi penikmat seni literasi. Rasa takut, sedih, tegang adalah fondasi dasar seni literasi itu sendiri. Pemicu rasa tadi pun kadang tidak bisa dijadikan dasar logika. Setan, hantu, tahayul, mitos, urban legend, bukan hal yang logika bisa tangkap. Namun, mengecapnya lewat seni literasi dalam balutan imajinasi, horor menciptakan 'nirvana-nya' sendiri. Nirvana, merupakan dunia tanpa cela. Cela bukan sekadar rasa senang seutuhnya. Karena rasa senang sendiri adalah pelarian dari rasa takut. Sedang rasa takut, tidak mungkin memiliki cela rasa bahagia. Ketakutan adalah bentuk murni rasa diri. Nirvana dalam dunia literasi horor, tercipta dari dasar ini. Sebuah dunia gelap yang banyak enggan kunjungi. Namun pada akhirnya, kegelapan itu sendiri yang banyak orang temui dimana. Seperti terang bukanlah lawan dari gelap. Tapi terang adalah rasa ingin tahu, apa yang sebenarnya berada di dalam kegelapan. Karena sudah saking biasanya kita berada dalam terang, enggan diri menengok ceruk gelap itu. 'Aliran-Aliran' Literasi Horor Saya sendiri dibesarkan dalam nuansa seni literasi horor. Sejak kecil membaca mitos dan kisah setan dari para Jagoan Tumaritis, karya Tatang S. Lalu 'dicampur' baur dengan teenlit horor ala Goosebumps karya R.L Stein. Belum lagi tambahan film seri horor Barat ala Alfred Hitchcock dengan Friday the 13th. Karya Stephen King, seperti Bag of Bones pun diicip-icip sana-sini. Dilanjut dengan film-film psycho-thriller ala Thomas Harris, Silence of the Lamb, Red Dragon, dan Hannibal Lecter. Tidak lupa dengan film superstitious ala Final Destination 1-5, plus slasher ala Wes Craven dengan Scream-nya. Lalu, terpana melihat efek gore dari film-film splatter seperti remake Texas Chainsaw Massacre dan SAW 1-7 karya James Wan. Semua berpengaruh banyak pada intuisi saya menyukai seni literasi horor. [caption id="" align="aligncenter" width="554" caption="(Goosebumps by R.L Stein - ilustrasi: downthewriterspath.com)"]

(Goosebumps by R.L Stein - ilustrasi: downthewriterspath.com)
(Goosebumps by R.L Stein - ilustrasi: downthewriterspath.com)
[/caption] Dan memang banyak cerita yang saya buat berdasar apa yang sudah pernah baca dan lihat. Cerita-cerita horor yang saya buat pun, memiliki aliran-alirannya sendiri. Terlepas dari banyaknya jenis horor secara film, seni literasi horor sendiri memiliki karakteristiknya tersendiri. Karena berdasar fiksi dan kata-kata yang cenderung 'gelap', kisah horor memiliki cara sendiri mengungkap 'horornya'. Dan beberapa contoh kisah, saya ambil dari karya Horor Singkat Tercekat (HST). 1. Near Death Experience (NDE). Horor yang satu ini menciptakan nuansa teror yang personal. Pengalaman mendekati kematian yang coba difokuskan dalam kisah seperti ini. Walau saya sendiri belum pernah 'mati', namun rekaan kengerian dan ketakutan akan kematian yang tidak tenang melukiskan teror tersendiri. Melukiskan fikiran seseorang melakukan bunuh diri, tergolek lemah berlumur darah sendirian, atau terkubur hidup-hidup beberapa contoh kisah-kisah NDE.

. . . ku rasakan kering tenggorokkanku. Sakit kakiku akibat menghentak dan mendobrak papan kayu ini. Darah segar mengalir di jari-jariku. Kepalan tanganku ngilu dan perih. Sudah ku hantam tanganku sekuatnya dan ku coba buka peti mati ini. Habis pula tangis dan suaraku berteriak di liang kubur sepi ini. Ketakutan berbalut kengerian yang kurasakan. Aku mati karena aku belum mati. Aku terkubur hidup-hidup. (HST: #28)

2. Supra-natural Existence (SE). Dalam kisah horor seperti ini, tentunya ketegangan datang dari hantu, setan, atau mahluk astral. Dan dalam hal ini, SE sangatlah terkait erat dengan budaya satu bangsa. Orang Indonesia akan lebih bergidik bertemu kuntilanak, daripada bertemu Dracula ala Barat. Yang difokuskan memang 'penampakan' atau 'sinyal' adanya SE itu sendiri.

"Mah, itu apa mah?" tanya putriku. "Mana de?" ku lihat apa yang ditunjuknya. "Itu lho diatas. Mbaknya kok senyum-senyum aja..?" sambil menunjuk ke atas pohon beringin tua. Mata ku membelalak, bulu kudukku berdiri. Ku segera gendong putriku. Ternyata aku salah mengambil jalan pintas pulang melewati kebun ini. Apalagi selepas magrib. (HST: #27)

3. Premonition (P). Yang juga mengundang misteri, adalah firasat. Baik firasat akan hal buruk yang akan terjadi, bahkan kematian. Bulu roma akan bergidik jika kisah horor seperti ini diceritakan. Walau kisah-kisah asli pernah saya dengar tentang P, ada romansa tersendiri dengan kengerian yang tercipta.

"Bu, seragam putih dede udah jelek. Minta beliin yang baru" rengek putraku yang baru kelas 3 SD. "Lho, ini baru beli bulan kemarin kan de? Masa beli lagi?" terangku. "Ga mau, ga mau. Seragamnya udah ga putih. Dede mau yang putih bu, yang bersih itu lho bu..." rengek dan manjannya menjadi. Menangis dan mencoba mengurai makna pertanda. Itulah ucapan putraku dua hari lalu. Sebelum ia kini tiada. Ia mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang ke rumah. Ia mengenakan seragam putihnya yang baru. Berwarna putih, bersih. (HST: #24)

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="(ilustrasi: beasleygreen.wordpress.com)"]

(ilustrasi: beasleygreen.wordpress.com)
(ilustrasi: beasleygreen.wordpress.com)
[/caption] 4. Pure Terror (PT). Kisah-kisah ini memang memiliki teror yang saya anggap maksimal. Ada rasa terkejut, takut, ngeri dan twist yang menarik. Dan teror ini yang bisa membuat degup jantung berpacu. Baik arwah keluarga dekat, teman, kenalan, bahkan suami atau istri dan anak. Kadang jug teror dari mahluk halus juga bisa menjadi poin tersendiri dari teror yang ingin diciptakan. Terornya bisa datang dari mana saja.

‘Ayah, aku takut!' bisik Andi putra kecilku sebelum tidur. ‘Ayah.. ada seseorang di bawah kasurku.' ucapnya sedikit berbisik. ‘Iya ya deh, ayah periksa. Kalau tidak ada, kamu langsung tidur ya? pintaku. Ku longok ke bawah kasurnya. Ada Andi disana. Sembari berbaring, ia berbisik ‘Ayah, ada seseorang di atas tempat tidurku...' (HST: #1)

5. Urban Legend (UL). Kisah-kisah seperti ini bisa berdasarkan mitos atau word of mouth. Kisah-kisah sekitar mahluk halus, yang menghuni satu rumah atau jembatan yang sering terjadi kecelakaan adalah contohnya. Dikisahkan dalam karya tulis tentunya dengan sedikit 'bumbu' agar menciptakan ketegangan tersendiri. Walau tiap daerah memiliki UL tersendiri, beberapa kisah memang patut dibaca.

Kabarnya, bangku kosong di ruang L306 ini ada setannya. Seorang mahasiswa pernah terkena serangan jantung tepat saat ia duduk di meja ruang ini. Sampai sekarang, kabarnya jika ada mahasiswa yang duduk di bangku ini. Ia akan mendengar nafas terengah-engah. Pernah ada yang sampai tiga hari mendengar suara orang sesak nafas. Entah benar atau tidak, ada pula mahasiswa yang sampai meninggal setelah duduk di bangku di L306. Katanya jantungnya seperti diremas dan nafasnya menjadi sesak dan akhirnya meninggal. (HST: #18)

Sebenarnya ada beberapa aliran lagi yang menjadi bahan insiprasi saya menulis horor. Namun sepertinya, tidak cocok jika saya tuliskan di Kompasiana. Seperti kisah-kisah Gore Slasher yang memang bernuansa agak 'anyir'. Dimana, darah dan bagian tubuh termutilasi akan banyak sekali digambarkan. Beberapa konsep Cannibalism pun sempat terbayang untuk saya kisahkan. Dan bagi sebagian orang tentunya akan sangat tidak enak, bahkan untuk sekadar berimajinasi. Pilihan Andalah sebagai pembaca untuk membaca kisah horor yang ada. Karena saya yakin, ada rasa penasaran dengan apa yang terjadi dan tergambar dari ceruk gelap horor. Silahka tunggu kisah-kisah saya setiap malam Jum'at dalam Horor Singkat Tercekat. Salam, Solo, 23 April 2015 09: 36 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun