Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mau Nulis Apa Ya??

30 November 2014   06:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:28 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14173221731542645908

[caption id="attachment_379264" align="aligncenter" width="500" caption="menulis (shutterstock)"][/caption]

Sebuah fenomena yang kadang ditemui penulis atau yang suka menulis. Sebuah kondisi dimana keinginan menulis ada. Tapi tidak tahu apa yang ingin ditulis. Bukan karena keengganan. Namun lebih lain dari itu. Writing blocked? Bukan. Bukanlah writing block atau mampet menulis. Namun lebih tepat writing jammed. Dimana, sebenarnya banyak fenomena atau hal yang ingin ditulis. Namun, semua ide tersebut macet karena saking banyaknya ide menulis. Sampai akhirnya, terjadi mampatan ide yang perlahan membuat menulis menjadi malas.

Entah ini istilah baru atau bukan. Writing jammed yang coba saya gambarkan adalah serupa macetnya jalan raya kota metropolitan. Penulis atau mereka yang senang menulis, tentunya banyak 'membaca' fenomena. Mereka pun banyak mengurai arti akan banyak hal di sekitar mereka. Lalu meresapi setiap fenomena ke dalam memori dan logika. Untuk kemudian dipercantik dengan kata-kata. Baik dicatat per-point di notebook. Atau sekadar diingat untuk kemudian ditulis di lain waktu. Intinya, menyimpan ide, gagasan, fenomena, arti, dsb untuk kemudian ditulis.

Semua ide, gagasan, fenomena, arti ini serupa kendaraan yang padat pada satu jalan. Dengan penulis atau mereka yang senang menulis. Hal yang hendak ditulis tadi, saking banyak dan padatnya membuat menulis sulit. Karena saking banyaknya hal yang ingin ditulis. Saking banyaknya tercatat dan tersimpan, sampai semua jumud. Bahkan bisa benar-benar berhenti atau deadlock saat ada hal yang memperkeruh writing jammed. Contohnya, lelah, ngantuk, pilih nonton TV, baca buku, bermain dengan anak, dll. Jatuhnya, kembali writing blocked.

Mengurai 'Kemacetan' Menulis

Ya, karena ide, gagasan, atau fenomena dalam fikiran penulis atau yang suka menulis serupa macet di kota metropolis, perlu ada 'aparat' yang mengatur. Bukan pula aparat ini adalah seseorang yang memaksa kita untuk menulis. Atau menyemprit diri kita untuk terus menulis. Aparat ini serupa inner drive (niat) untuk tetap menulis. Setelah inner drive mantap, mengurai writing jammed pun akan bisa dilakukan. Berikut tips-tips yang saya terapkan.

Pertama, bacalah buku yang paling kita sukai. Ini yang biasa saya lakukan. Membaca novel Wayang dari Pitoyo Amrih, Seno Gumira Ajidarma, atau buku apapun di rak buku tentang wayang, kamus, sejarah, dll. Dunia yang menurut saya selalu penuh misteri dan falsafah hidup. Menerawang ke dunia Macapada dengan cara pandang dewa di Jongring Saloka. Tokoh yang selalu penuh karakter dan prinsip berkehidupan. Bukan sekadar hidup, namun menjadikan hidup berkehidupan. Kalau saya sudah baca tentang Wayang, fikiran serasa plong. Lalu mengurai 'kemacetan' menulis sedikit bisa teratasi.

Kedua, istirahat yang cukup. Nah, jika secara nutrisi fikiran sudah cukup membaca. Lalu nutrisi fisik seperti beristirahat juga diperlukan. Walau penting, beristirahat juga bukan cuma tidur. Bermain dengan anak atau mengobrol ngalor-ngidul dengan istri juga beristirahat. Intinya, menyamankan badan dengan kondisi sekitar di rumah. Bisa pula di tempat kerja jika terjadi writing jammed. Saya biasa mendengarkan musik cadas dengan earphone. Intinya, aktifitas yang bisa menyamankan badan dan hati, membuat kita bahagia.

Ketiga, jadilah silent reader sementara waktu. Terutama Kompasianer atau blogger yang mengalami writing jammed. Jadilah silent reader dengan mem-vote, men-share dan membaca artikel orang lain. Saya kadang 2-3 hari off menulis, dan pilih menjadi silent reader. Meluaskan cakrawala dan mendapat insight baru pada hal-hal aktual yang kadang luput dari kita. Siapa tahu, ada ide atau sudut pandang baru pada hal yang tadinya ingin kita tulis. Menambahkan pernak-pernik referensi ide dan sudut pandang dari orang yang lebih pandai dan lihai menulis juga penting menurut saya.

Fenomena writing jammed ini menurut saya adalah pra-kondisi untuk writing blocked. Karena mungkin, ketika sudah terjadi writing blocked, penulis atau yang senang menulis malas menulis lagi untuk selamanya. Semoga kita selalu mencoba konsisten akan semua hal baik dan bermanfaat.

Salam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun