Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lucunya Peserta Ujian Mencontek

16 April 2014   05:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: businessinsider.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="(ilustrasi: businessinsider.com)"][/caption] Menjadi pengawas ujian Tengah Semester mahasiswa kembali mengingatkan 'predikat' saya waktu dulu. Saya terkenal sebagai pengawas galak dan teliti. Mahasiswa dari cerita kakak tingkatnya selalu mengingatkan agar hati-hati diawasi waktu ujian oleh saya. Karena memang banyak mahasiswa yang saya keluarkan dari ruang ujian jika ketahuan mencontek. Walau begitu, predikat ini hanya saya sandang saat ujian. Ketika di luar ujian, saya tetap dosen ramah dan bersahabat kok. He he he.. Yang saya coba soroti disini, bukan betapa persiapan atau saat ujian yang dirasa sulit. Namun betapa lucunya para mahasiswa yang mencoba mencontek selama ujian. Mungkin karena sudah 'bawaan' sejak sekolah SMP/SMA atau bahkan jauh saat SD dahulu. Mencontek seperti menjadi kebiasaan yang tak mudah lepas. Waktu ujian sama dengan waktu menunjukkan kelihaian cara mencontek. Dan ada hal lucu yang umum saya temui dari para pencontek ini. Terutama dari penggunaan panca indera mereka. Setidaknya ada dua indera yang menjadi 'super' saat ujian berlangsung. Indera Penglihatan Salah satu indera yang tiba-tiba menjadi 'super' saat ujian berlangsung adalah mata. Seandainya mata para pencontek itu bisa di-zoom serupa kamera atau teropong, pastinya mereka sangat senang. Memicingkan mata sambil menjulurkan leher mereka tinggi-tinggi ke depan, ke kiri, dan ke kanan untuk melihat kertas jawaban teman mereka adalah modus operandi yang dilakukan. Mata pencontek ini dipicingkan untuk melihat jawaban temannya. Karena agak jauh jarak pencontek dengan yang empunya jawaban, memicingkan mata serupa 'men-zoom'. Apalagi jika soal ujian adalah esai, memicingkan mata melibatkan penghafalan. Sembari memicingkan mata, kewaspadaan mereka haruslah tinggi. Terutama kepada pengawas ujian. Sebelum mencontek mata para pencontek biasanya akan 'mengawasi' pengawas. Sembari pura-pura menggarap soal ujian, mata mereka mengawasi dengan seksama pengawas. Saat pengawas lengah, mata mereka pun menebar pandangan. Kira-kira siapa target sumber contekan mereka. Kalau bisa yang terdekat. Bangku di kiri, kanan, depan dan belakang adalah target mereka. Sembari memberi tanda dengan menendang bangku teman mereka, mereka mulai memicingkan mata. Mencoba men-zoom jawaban temannya. Indera Pendengaran Telinga juga menjadi indera yang 'super' saat ujian berlangsung. Andai saja mereka bisa mendengar suara di bawah ambang batas normal 20 Hz seperti kelelawar, pasti para pencontek amat senang. Telinga mereka dapat mendengar suara yang lirih sekalipun. Karena biasanya pula, modus operandi mencontek adalah dengan mendengar jawaban dari teman yang berada dekat. Karena kegaduhan dalam ruang ujian sangatlah tidak ditoleransi, maka mendengar suara lirih contekan sangat penting. Karena hampir seperti berbisik, memasang pendengaran dengan baik wajib dilakukan para pencontek. Sembari memasang telinga dengan sangat baik, gesture mereka seolah-olah tidak sama sekali terlihat mencotek. Kalau bisa mereka harus senormal mungkin. Pertama, mereka memberi kode teman mereka untuk memberi contekan. Jika soal itu pilihan ganda, mudah saja berbisik. Namun jika soal adalah esai, sumber contekan haruslah berbisik. Kalau bisa suara selirih mungkin. Karena takut ketahuan pengawas, suara lirih yang ada sangat penting bagi para pencontek. Jelas atau tidak jelas suara lirih yang didengar, tidaklah masalah. Pokoknya dapat contekan. Setiap kalimat berharga demi mengisi jawaban yang ada. Dan sepertinya Tuhan seolah tahu kalau manusia akan mencontek selama ujian, kedua indera tadi pun dibatasi. Mata manusia tidak mungkin men-zoom. Dan telinga manusia tidak bisa mendengar di bawah suara 20 Hz. Tidak terbayang jika kedua indera tadi menjadi super saat ujian. Maka ujian akan berlangsung dengan ruang seperti booth berdinding tebal untuk membatasi penglihatan dan pendengaran setiap peserta ujian. Salam, Solo, 15 April 2014 10:26 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun