[caption id="" align="aligncenter" width="441" caption="(ilustrasi: kompasiana.com)"][/caption]
Kali pertama ikutan acara Nangkring Bareng Kompasiana saya, Sabtu 12 April 2014 lalu. Acara yang dirangkai bersama LPDP Depkeu dihadiri kurang lebih 50 orang Kompasianer. Kabarnya, Kompasianer yang daftar sampai 150 orang. Namun beruntung saya terpilih.
Walau tidak tahu satu persatu para pemilik akun Kompasiana yang ada. Namun masuk dan menjejaki ruang di Gedung A.A Maramis II lantai 2 itu seperti membuat saya tegang dan ciut. Tegang karena baru pertama kali ikutan acara Kompasiana. Dan ciut karena semua Kompasianer yang datang saya anggap para penulis hebat.
Sempat bertemu sapa dengan pak Tubagus Encep, mas Topik Irawan, mas Dzulfikar, mas Yogi. Dan beberapa Kompasianer yang saya cuma kenali dari foto akunnya seperti ibu Maria Margaretha, ibu Indria Salim, dan pak Ben Baharudin. Dan beberapa crew Kompasiana yang saya masih tidak tahu mereka siapa. Tapi mereka ramah dan penuh senyum.
Saya merasa asing sendiri. Siapa saya? Saya masih newbie alias anak baru di Kompasiana ini. Haduh gimana ini dan haduh gimana nanti terus terngiang dalam fikiran saya sebelum beranjak masuk ke ruang tempat Nangkring Bareng.
Nyatanya, ternyata suasana sangat cair dan hangat. Senyum dan tawa seiring presentasi dari para pejabat LPDP Depkeu selalu terurai. Celoteh dan celetuk pun terlontar pada saat yang tepat. Membuat suasana semakin bertambah hangat. Pertanyaan (bertubi-tubi) dari para Kompasianer untuk para presenter pada tiap cermin pun banyak. Dipandu moderator mas Nurullah (kalau ga salah), acara presentasi pejabat LPDP Depkeu menjadi sesi yang menyenangkan.
Dan saya sangat bersyukur bisa hadir dan nimbrung para Kompasianer. Dan jujur saya juga agak grogi sendiri jika menyebut diri Kompasianer. Lha wong tulisan saja sedikit dan kadang sedikit yang membaca dan komentar. Masih agak ewuh (ga enak hati) saya bilang diri saya Kompasianer.
Namun, bertemu dengan para Kompasianer menjadikan saya ingin menjadi Kompasianer. Jatuhnya, acara serupa Nangkring Bareng ini membuat saya ketagihan. Jujur, saya pun ingin lagi turut dalam acara Kompasiana yang lain.
Akun Abal-Abal & Nangkring Bareng, Apa Hubungannya?
Mungkinkah akun abal-abal yang sering nongol di artikel ikut acara Nangkring Bareng? Mungkin saja. Namun sedikit kemungkinannya. Misalnya, jika para pemilik akun abal-abal muncul dan mengaku akun ini-atau-itu pastinya banyak Kompasianer yang akan mengkritisi, bahkan memarahi kalau bisa.
Banyak pertanyaan terlontar untuk akun abal-abal yang mengaku. Serupa meja pengadilan, mungkin saja si akun abal-abal ini akan 'diadili' atas semua kejahatan. Atau mungkin diberi hukuman atas semua kata caci dan fitnah yang pernah ditulis. Makanya, akun abal-abal kecil kemungkinan (bahkan tidak) bisa hadir. Toh ujung-ujungnya mereka akan mendapati 'balasan' atas semua tulisan mereka.