[caption id="" align="aligncenter" width="455" caption="(ilustrasi: nowilkirin.blogspot.com)"][/caption] Maaf kalau saya bilang ayah itu bukan panggilan seorang anak ke orangtua laki-lakinya. Ayah, bapak, papa, papi daddy, abi, abah, atau bapak bukan sekadar panggilan. Ayah, adalah sebuah entitas utuh dengan label orangtua laki-laki dari putra atau putriinya. Label ayah adalah sosok lengkap dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Dengan semua suka-duka, amarah-gembira dan pahit getirnya. Satu sosok dengan beragam entitas karakter. Mencoba membaur dan belajar bersama demi panggilan atau label ayah. Sulitnya bukan main. Menjadi seorang ayah itu sulitnya bukan main. Kalau masih ada ayah atau calon ayah mendidik anak seperti komandan, dan bukan teladan. Ada yang perlu dibenahi dalam karakternya. Ayah bukan seorang bos atau pemimpin yang punya kekuasaan total atas anak-anaknya. Ia sepatutnya menjadi teladan bagi anak-anaknya. Menjadi pelaku, bukan pemerintah. Ia pun harus berani dan mau dipimpin oleh sang anak. Ada kalanya ia adalah penuntun. Saat sang anak belum tahu atau faham tentang kehidupan. Karena ayahlah yang sudah lebih dahulu hidup dan merasakan asam-garam kehidupan. Ada kalanya, ayah harus mau dibelakang sang ayah. Mendorong dan meyakinkan sang anak. Untuk bangun dan menghadapi kesulitan. Saat seorang anak jatuh dan terluka. Bukan saatnya ayah memerintah anaknya untuk pura-pura baik-baik saja dan jangan menangis. Jadilah pundak anak untuk dapat anak menangis. Jadilah sandaran atas kekecewaan dan kesulitannya setelah jatuh. Lalu bimbing anak kembali untuk bangun dan mengobati lukanya. Ayah, Lupa Menghadirkan Hati Ayah, bukan pula sosok yang secara fisik hadir disamping sang anak. Ayah harus menghadirkan hati untuk anak. Banyak ayah yang menemani anaknya makan di luar. Namun, hatinya tidak pula dihadirkan. Saat ayah sibuk dengan gadget dan dunianya, sang anak duduk bingung sembari makan. Saat sang anak bermain bom-bom car, sang ayah sibuk berteriak kesenangan sendiri. Mengacuhkan anaknya yang berada tepat disampingnya. Jika hati tidak hadir, yakinlah tidak ada hubungan batin anak-ayah walau sering bertemu dan bersama. Ayah hadir antara ada dan tiada. [caption id="" align="aligncenter" width="257" caption="(foto: photography-on-the.net)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H