Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Horor Singkat Tercekat #50

10 November 2016   18:42 Diperbarui: 10 November 2016   18:48 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dark Figure - yourghoststory.com

Hari mulai pagi begitu Indah masuk ke kosnya. Ada bayangan gelap di ujung kolam di depan kos. Indah melihat dengan rasa penasaran. Bulu kuduknya menyeruak. Seolah berkata, tidak perlu menghampiri sosok hitam itu. Sudah sedepa Indah mendekati sosok tadi. Namun bayangan hitam itu tidak juga hilang. Baru saja Indah hendak bertanya siapa sosok ini. Sosok tadi menengok. Tepat menghadap Indah. Indah bisa melihat wajahnya sendiri. Berlumuran darah. Pucat dan kesakitan terlihat diwajahnya. Wajah yang serupa saat Indah baru saja mengalami kecelakaan. Malam tadi, sebelum Indah pulang ke kosnya.

- - o - -

"Bud, besok jadi berangkat jam berapa kempingnya? tanya Jarot. "Jam 9 Jar, lu tunggu di depan gang aja. Ga usah nunggu gue. Gue ga bakal dateng." Budi pun beranjak pulang. "Kenapa Bud......?" Jarot bertanya, namun Budi sudah beranjak hilang. Tak ambil pusing, Jarot dan Maman melanjutkan main catur di poskamling. "Mas Jarot lihat Budi?" tiba-tiba pak Hendri ayah Budi muncul di poskamling. "Dari abis Isya sama kami pak. Barusan pergi Budi." Jarot menjawab. "Budi pergi sejak tadi siang. Entah kemana ya. HPnya juga tidak aktif?" tanya pak Hendri. kebingungan "Sebentar bro. Ini gue dapet SMS dari Dani, katanya Budi kecelakaan. Tadi siang ketabrak mobil di dekat balai kota." Maman tiba-tiba menunjukkan SMS tadi ke Budi dan pak Hendri. Semuanya pun tercekat.

- - o - -

"Bu, kamu tidak usah pergi saja nanti sore ke Pontianak." pinta Said. "Kenapa memangnya yah?" tanya Nurma heran. "Ku ngimpi kamu kecelakaan di pesawat. Ngeri deh. Ku kaya ngerasa bener ada di dalem pesawat." "Ga usah kwatir yah. Doain aja biar selamat" pinta Nurma. "Ah, ku tetap ga enak perasaan ngelepas kamu bu. Saya ikut saja kalau begitu." "Mmmm... Ydah yah, ikut aja kalau begitu." "Setidaknya ku bisa dekat sama kamu bu." Sebuah obrolan yang kini tergambar jelas di fikiran Said dan Nurma. Mereka saling berpandang dan berpegang tangan. Mengetahui firasat suaminya benar ada. Said dekat dengan Nurma, menjelang ajal mereka. Karena saat ini pesawat mereka siap menghujam daratan.

- - o - -

Semakin kamu berfikir tepat di belakangmu ada kuntilanak. Mungkin saja kuntilanak itu berada tepat berada di sana. Tidak perlu kamu menengok ke belakang. Cukup rasakan kehadiran kuntilanak tadi. Biar bulu kudukmu memberi sensasinya. Biar jantungnya berdegup cepat meraba ketakutannya. Dan biar fikiranmu semakin liar mencoba menerka seseram apa wajah kuntilanak itu.

Cerita lainnya: #49

Salam,

Wollongong, 10 November 2016

10:42 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun