Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Horor Singkat Tercekat #33

28 Mei 2015   22:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: motor-kid.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="200" caption="(ilustrasi: motor-kid.com)"][/caption] Siang semakin terik, saat galian kubur belum juga usai. Iring-iringan jenazah sudah terlihat di ujung gerbang pemakaman. "Wan, cepetan! Tu jenazahnya udah dateng" gesa Ujang. "Iya.. ni dah selesai Jang" jawab Iwan sembari melompat keluar liang. Hanya beberapa orang mengantar jenazah, plus pengusung keranda. "Sini pak, turunkan kesini." Ujang bersiap menerima pocongan untuk dimasukkan ke liang. "Pak, tolong talinya tidak usah dibuka. Biarkan saja terikat." pinta si pria setengah baya dengan perawakan kekar. "Lho? Dibuka saja pak.." "Sudah biarkan saja!!" belum sempat Ujang berbicara."Biar ia membalaskan dendamnya. Nanti..." pria tadi berucap dengan seringai sinis.

- - o - -

Bu tetaplah disini bu...bu tetaplah disini. Hatiku berteriak. Namun bibirku tak mampu berucap. Hanya ibu tempatku berlindung. Bu, tolong! Tetaplah disini tatapku menghiba ke arahnya. Dalam diamnya, ia berkata tidak bisa. Ia harus pergi. Pintu terbuka paksa. Warna merah api menyala terlihat. Hawa semakin panas. Ayah datang. Aku harus diam. Karena hanya siksaan yang akan ku terima. Ia datang menyiksaku. Itu pasti. Ibu, tolong aku! Ayah. Berhentilah! Walau ibu dan ayahku sudah menjadi arwah, nyatanya mereka masih menghantuiku. Setiap malam. Seperti malam ini.

- - o - -

"Ndi, beneran disini bisa dapet mustika pesugihan?" tanya Hery bingung. "Beneran Her. Dah kamu santai aja. Sajen sama mantra kan udah saya ucap, tinggal tunggu aja." jawab Andi meyakinkan. Bau anyir bercampur kembang mulai tercium di udara. Gelap suasana menjadi pekat gulita. Lalu, dua mata merah nanar menatap Hery dan Andi. Andi tenang, namun Hery merinding. "Sudah kau penuhi syaratku rupanya!?" tiba-tiba suara muncul saat sosok tinggi hitam dengan mata merah nanar juga muncul. "Sudah mbah. Silahkan diambil!" Andi berucap sembari melirik ke arah Hery. "Shuuut.....Jlaaab!!!" Jari si sosok dengan kuku besar mengerikan melayang dan mengenai dada Hery. Hery roboh bersimbah darah, dengan dada berlobang menganga. "Terima kasih!" ucap si sosok hitam sambil menggenggam jantung segar Hery. "Iya mbah" Andi memejamkan mata dan mulai bertapa menanti mustika pesugihan.

- - o - -

Malam ini serasa mati. Tidak ada angin yang berhembus. Suara jangrik dari tanah lapang di depan rumahku pun malam ini semua terdiam. Detik jam begitu nyata di telingaku. Seolah, malam ini menunggu sesuatu. Menunggu sesuatu membalaskan dendamnya. Fikirku mulai kalut. Kenapa harus ku bunuh Santi kemarin? Kenapa?? Sedang aku gelisah sendiri di kamar ini. Saat ada sesuatu langkahnya bersamaan, seperti melompat. Ia melompat. Cerita lainnya:  #1 | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9 | #10 | #11 | #12 | #13 | #14 | #15 | #16| #17| #18| #19| #20| #21| #22|#23| #24 | #25 | #26 | #27 | #28 | #29 | #30 | #31 | #32 Salam, Solo, 28 Mei 2015 10: 08 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun