Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Horor Singkat Tercekat #28

10 April 2015   00:51 Diperbarui: 7 Maret 2016   14:02 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: drownedinsound.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="609" caption="(ilustrasi: drownedinsound.com)"][/caption]

. . . ku rasakan kering tenggorokkanku. Sakit kakiku akibat menghentak dan mendobrak papan kayu ini. Darah segar mengalir di jari-jariku. Kepalan tanganku ngilu dan perih. Sudah ku hantam tanganku sekuatnya dan ku coba buka peti mati ini. Habis pula tangis dan suaraku berteriak di liang kubur sepi ini. Ketakutan berbalut kengerian yang kurasakan. Aku mati karena aku belum mati. Aku terkubur hidup-hidup.

- - 0 - -

"Din lho denger suara orang mukul-mukul ga dari kamar sebelah?" tanyaku. "Iya Din, gue denger? Kaga lama sih pas ujan deres tadi malem?" jawabnya. "Permisi mas..." bapak kosku tiba-tiba muncul di depan pintu kamarku. "Ow iya pak. Ada apa pak?" tanyaku. "Mau cek, apa atap kamarnya bocor tadi malam?" tanya bapak kos. "Tidak kok pak." jawabku singkat. "Soalnya, gudang sebelah kamar ini bocor. Takutnya merembet ke kamarnya begitu" ungkapnya. Dino dan aku hanya terdiam menatap heran ke arah pak kos.

- - o - -

Dina selalu penasaran dengan lubang di WC sekolahnya ini. Entah kenapa, ada yang ingin ia lihat di balik lubang hitam di tembok kamar mandi itu. Sore ini selepas ekskul ia beranikan diri. Setelah ia mengganti baju taekwondonya, ia intip ke dalam lubang. Di ujung lubang, hanya ada warna merah menyala. Bukan gelap seperti biasanya. Hatinya berdegup cepat. Ia beranjak keluar dari WC sekolahnya itu. Di luar, ternyata sudah lepas magrib. Dina heran bukan main. Ia berganti baju pukul 4 sore selepas ekskul. Tepat di depan pintu, ada kakek berdiri tertunduk diam. Tepat saat Dina memandangnya, si kakek melihat Dina. Matanya berwarna merah. Tidak berpendar. Yang Dina ingat, itu warna serupa lubang di WC yang ia intip. Dina diam berdiri mematung di tatap si kakek.

- - 0 - -

"Kamu kenapa mah? Kok diam terus. Ayo dong nikmati suasana air terjun ini?" pintaku. Sejak tadi istriku hanya diam. Sesekali pun ku tanya hanya jawab seperlunya. "Papah tadi malem merasa ada yang dateng ke kamar nggak?" tiba-tiba istriku bertanya hal aneh. Ku hentikan langkahku mendaki anak tangga. "Dateng? Siapa yang dateng?" heran ku bertanya. "Ada wnita berbaju kebaya putih di samping tempat tidurku pah. Sekitar jam 3 tadi malam. Ia hanya berdiri melihatku. Namun matanya tanpa kelopak. Matanya membelalak seolah mau keluar." ia bercerita. Aku tidak heran, karena istriku memang memiliki kemampuan melihat mahluk gaib. 'Mungkin ia mau say hello mah" sambil ku tersenyum menjawabnya. Ku genggam tangan istrku dan terus menuruni anak tangga ini.

- - o - -

"Braak...braak...Braak!" kakiku terus menghentak.. "Tolong..Ayah!! Ibuu!!" beberapa kali ku berteriak dalam sunyi ini. "Dug..Dug.." ku pukul-pukul tanganku yang sudah mulai berdarah dan lelah. "Daak..daak..daak!!"ku hantamkan tanganku sekuatnya. "Aarrrgggghhh!!" ku teriak sekerasnya. Walau kering dan habis suaraku berteriak sejak tadi. Sudah berapa lama aku menangis, aku pun tidak tahu. Hanya sepi dan senyap mendengarku. Kurasakan kering tenggorokankuku . . . (kembali ke cerita pertama)

Cerita lainnya: #1 | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9 | #10 | #11 | #12 | #13 | #14 | #15 | #16 | #17 | #18 | #19 | #20| #21| #22|#23 | #24 | #25 | #26 | #27

Salam,

Bandung, 10 April 2015

12:51 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun