Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Horor Singkat Tercekat #18

16 Januari 2015   06:24 Diperbarui: 7 Maret 2016   13:51 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: imgkid.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="(ilustrasi: imgkid.com)"][/caption]

Mendung di luar kelas mulai meredupkan kelas. Pelajaran Fisika dengan bu Eny belum juga berakhir. Sekitar 30 menit lagi baru usai. Teman-teman di kelas sudah mulai ngantuk dan bosan. Dan di keremangan mendung di dalam kelas ini. Ku lihat bayang gelap di samping bu Eny, tepat di samping mejanya. Ku picingkan mata. Bayang hitam itu semakin nyata. Namun hilang saat lampu kelas dinyalakan Dendy, sang ketua kelas. Siapa bayangan hitam tadi?

- - o - -

Kabarnya, bangku kosong di ruang L306 ini ada setannya. Seorang mahasiswa pernah terkena serangan jantung tepat saat ia duduk di meja ruang ini. Sampai sekarang, kabarnya jika ada mahasiswa yang duduk di bangku ini. Ia akan mendengar nafas terengah-engah. Pernah ada yang sampai tiga hari mendengar suara orang sesak nafas. Entah benar atau tidak, ada pula mahasiswa yang sampai meninggal setelah duduk di bangku di L306. Katanya jantungnya seperti diremas dan nafasnya menjadi sesak dan akhirnya meninggal.

- - o - -

"Din, ati-ati jangan dimainin kerangkanya" sanggah Kirana. "Kenapa emang Na?" tanya Kirana sembari tetap memainkan tangan model kerangka di Lab Biologi ini. "Katanya, kerangkanya bisa melotot sambil matanya merah.." jelas Kirana. Dina tidak mendengar lalu malah nekat melihat mata si model kerangka. Dina malah terdiam tercekat. "Din.. Dina, kamu ga apa-apa?" Kirana langsung melihat perubahan Dina. Kirana coba menatap Dina yang kini tertunduk. Betapa kagetnya Kirana, Dina matanya sudah merah nanar menatapnya. Kirana ketakutan dan tidak percaya yang ia lihat.

- - o - -

Dua hari lalu, ruang UKS ini penuh darah. Ada korban kecelakaan di depan sekolah yang dibawa kesini. Lukanya cukup parah. Sehingga juga dilarikan ke rumah sakit. Walau akhirnya meninggal. Dan bercak darah masih ada beberapa yang belum tercuci di ruang UKS ini. Walau sudah seminggu dan kami yakin tidak ada bercak darah tersisa. Kami, petugas UKS masih sering menyium aroma anyir darah.

- - o - -

Di temaran yang mulai muncul. Lamat-lamat saya lihat ada bayang hitam di samping bu Eny. Namun sulit sekali rasanya memastikan apa itu. Saat lampu dinyalakan Dendy, bel usai sekolah pun berbunyi. Saat semua sibuk berberes, saya lihat bu Eny keluar ruang terunduk. Lalu pak Hery, Wakasek kami masuk. Beliau menyampaikan kabar duka kalau bu Eny tidak bisa mengajar tadi. Karena bu Eny mengalami kecelakaan saat mulai mendung tadi ketika ia berangkat ke sekolah. Kami semua tertunduk kaget dan tangis pun pecah. Ada pula yang tercekat ketakutan. Sedang saya, mulai faham siapa sosok hitam tadi. Ia mungkin malaikat pencabut nyawa. Ia memperbolehkan arwah bu Eny untuk mengajar sekali saja. Lalu kembali ke dunia lain di dampingi sosok hitam tadi.

Cerita lainnya: #1 | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9 | #10 | #11 | #12 | #13 | #14 | #15 | #16 | #17

Salam,

Solo 15 Januari 2015

11:25 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun