Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Horor Singkat Tercekat #14

26 Desember 2014   02:39 Diperbarui: 7 Maret 2016   13:44 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: deviantart.net)

[caption id="" align="aligncenter" width="486" caption="(ilustrasi: deviantart.net)"][/caption]

Ku sisir rambutku yang sudah mulai panjang ini di depan cermin. Saat ini panjangnya sudah hampir mendekati pinggangku. Sembari ku tatap foto di samping cermin besar ini. Fotoku bersama suamiku. Saat kira-kira usia pernikahan kami 4 tahun. Biasanya suamiku juga menemaniku menyisir rambut panjangku menjelang tidur malam. Kini, puluhan tahun aku sendiri berkaca di cermin ini. Dan cermin di hadapanku ini tak pernah menampakkan wujudku lagi.

- - o - -

Putriku sudah 4 malam tidak mau tidur jika lampu dimatikan. Padahal biasanya dia tidur hanya di temani temaram lampu kamarnya. Kini semua lampu kamarnya harus dinyalakan saat tidur. Katanya, kalau lampu dimatikan ada setan datang ke kamarnya. Ia bercerita ke kakeknya, setannya ada dua mirip ayah ibunya. Padahal kami berdua hendak melihatnya sebelum tidur. Kami rindukan putri kami. Karena di dalam kubur kami merasa kesepian.

- - o - -

Tiga malam kemarin, Elma selalu hadir di mimpiku. Entah mengapa ia hanya tersenyum lalu beranjak pergi. Seolah ingin menyampaikan sesuatu. Elma memang mantan kekasihku. Seorang mantan yang terbaik. Mungkin ia ingin bertemu dengan diriku. Esok seusai pulang kerja, akan ku kunjungi makamnya. Kebetulan tidak jauh dari tempatku bekerja.

- - o - -

Sejak istriku meninggal 2 minggu lalu, Bessy anjing kesayangannya hanya diam termangu saja setiap hari. Ku coba beri makan lebih banyak, hanya sedikit yang ia makan. Ku ajak berjalan sore, tapi Bessy hanya berjalan menunduk. Dan pagi ini, Bessy sudah terlihat kurus, lemah lunglai di kandangnya. Nafasnya tersengal dan matanya menatapku kosong. Ia sekarat. Ku dampingi Bessy di detik-detik akhir hidupnya. Tiba-tiba ia mengonggong ke arah belakangku. Gonggongan yang biasa ia tujukan ke mendiang istriku. Beberapa kali mengonggong, Bessy pun lunglai memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya.

- - o - -

"Bu itu apa?" tanya putri kecilku. "Mana? Di mana sayang?" tanyaku sambil menggendongnya menaiki eskalator ini. "Itu lho, yang kejepit di bawah?!" sambil menunjuk ke arah bawah. "Siapa yang kejepit?" tanyaku mulai heran. "Itu lho bu, tangan aja, tapi kejepit itu." serius putriku berucap. Ku lihat ke bawah, tidak ada apa-apa di eskalator itu. "Eh, kita udah nyampe. Dede mau maem apa?" Ku alihkan pembicaraan dan cepat meninggalkan eskalator ini. Jantungku seperti tercekat.

Cerita lainnya: #1 | #2 | #3 | #4 | #5 | #6 | #7 | #8 | #9 | #10 | #11 | #12 | #13

Salam,

Tangerang, 25 Desember 2015

07:39 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun