Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Drag Race; di Kasih Hati Merogoh Jantung

4 Maret 2014   18:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:15 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: solopos.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="(foto: solopos.com)"][/caption] Menilik permasalahan Event Drag Race di Kota Solo ini, nampaknya menyiratkan axioma sosial 'Dikasih hati, merogoh jantung'. Pemda Kota Solo, dengan instansi terkait memang dengan sepenuh hati menampung aspirasi dan bakat para dragster motor di Karesidenan Surakarta dengan mengijinkan jalan umum sebagai tempat resmi event Drag Race. Dan tentunya, semua harus dikoordinasi dengan baik dan tertib. Karena jalan umum yang digunakan, kebetulan jalan raya di depan Stadion Manahan, memang sengaja diperbaiki dan dihaluskan oleh Pemda Surakarta, untuk event-event semacam Drag race ini. Dan beberapa kali saya sempat lihat, memang acara ini banyak sekali pengunjung. Motor berderu dan beragam wajah anak muda penggila balap seperti tumpah ruah bergembira menyambut baik fasilitasi Pemda Surakarta akan hobi dan bakat mereka. Namun, yang mungkin istilahnya jiwa muda yang selalu bergolak dan membangkang. Event Drag Bike minggu lalu, Jumat 1 Maret 2014 seperti mencuri dan 'melecehkan' niatan baik Pemda selaku otoritas setempat. Sempat dibubarkan pada hari Jumat, namun penyelenggara nekat meneruskan jalannya event Drag Bike. Dengan beragam dalih ke pihak Dishubkominfo, penyelenggara nampaknya tidak mau urus tentang dampak dan sisi negatif yang akan timbul. Walau pihak Polda dan Polres telah mengamankan jalannya event Drag Bike ini. Namun dari sisi fungsi utilitas sosial, event tanpa ijin ini sangat merugikan. Polisi dinilai arogan karena mengesampingkan kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo yang tidak mengizinkan pelaksanaan drag race/drag bike di Jl. Adisucipto, Sabtu (1/3/2014) lalu. Sikap Polda Jateng dan Polresta Solo yang tetap mengizinkan terselenggaranya kegiatan meski mendapat tentangan, menunjukkan polisi tidak mau mendengarkan aspirasi masyarakat. (berita: solopos.com) Dan dampaknya, kemacetan yang cukup parah terjadi dikota Solo. Sempat memberikan warga Solo rasa jengkel, karena belum pernah saat jam pulang kantor semacet ini. Event Drag Bike ini pun menuai cibiran. Warga Solo tentunya menyalahkan pihak panitia yang mengadakan event ini tepat saat jam pulang kantor. Dan juga di jalan arteri utama kota Solo, Jalan Adisucipto. Jalan yang seharusnya ramai arus lalulintas, kini dialihkan dan jalan-jalan raya lain menjadi sangat padat. Orangtua saya yang sempat menunggu taksi untuk menuju Stasiun Solo Balapan harus gigit jari. Karena taksi langganan terjebak macet panjang di sekitar Terminal bus Tirtonadi. Kabid Lalu lintas Dishubkominfo Kota Solo, Sri Baskoro, mengatakan pelaksanaan drag bike seharusnya mendapat izin dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, khususnya tiga SKPD terkait. Ia menjelaskan acara drag bike tidak mengantongi izin dari Pemkot Solo. "Kegiatan yang tidak berizin jelas-jelas bermasalah. Ini menjadi preseden buruk bagi Kota Solo karena norma dan kaidah sudah dilanggar. Apalagi, banyak komplain dari masyarakat," ujarnya ketika dihubungi Solopos.com, Sabtu (1/3/2014). (berita: solopos.com) Anak Muda, Panitia Dan Warga Kota Berembug Event Drag Bike yang resmi memang dinanti. Apalagi dengan seijin Pemkot dan pihak-pihak terkait. Yang umum diketahui, drag bike adalah ajang balap liar dan kadang tanpa aturan di jalan raya. Selain membahayakan para dragster, warga pun dapat terkena imbas. Drag bike yang biasanya dilaksanakan malam saat jalan cenderung sepi dan lengang, biasanya dilaksanakan seadanya. Tanpa pihak paramedis dan keamanan arena yang seadanya. Drag bike liar ini tentunya sering memakan korban anak-anak muda. Betapa seharusnya mereka tumbuh dan menggenggam estafet negara ini, malah mati konyol di jalan raya. Dan beberapa Pemda, sepertinya sudah faham dan mencoba memfasilitasi Drag bike liar ini. Sebelum korban jatuh lagi. Ataupun drag bike seperti ini semakin banyak dan menjamur. Pihak-pihak terkait, Pemda, sponsor, dan pihak tim dragster tentunya harus ikut terlibat dalam pengaman dan teknis acara. Karena event drag bike tentunya dapat dijadikan sarana pencarian atlet muda pebalap di Indonesia. Ada baiknya seluruh elemen yang dilibatkan dalam acara seperti Drag Bike ini dirangul dan diurun rembug. Selain sebagai tindakan preventif dampak-dampak negatif yang mungkin timbul. Hal ini pun dapat dijadikan panitia sebagai pelaksana kegiatan menjalankan kepercayaan dengan baik. Apalagi menyangkut imaji drag bike liar yang negatif. Event Drag Bike yang berijin tentunya akan dapat dilaksanankan kembali. Jika panitia mau dan mampu patuh terhadap aturan dan norma yang ada. Tentunya sanksi sosial dan administratif dapat dihindarkan. Salam, Solo. 04 Maret 2014 11:51 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun