Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

DPR Selama 4 Tahun Terkorup, Mengerikan!

14 Desember 2013   23:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:55 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: m.metrotvnews.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="(ilustrasi: m.metrotvnews.com)"][/caption] Entah sudah berapa banyak artikel di Kompasiana yang membahas tentang DPR dan korupsinya. Dan entah berapa lagi nanti anggota DPR yang akan terseret kasus korupsi. Dan kita pun selalu heran dan geram melihat ulah tingkah yang katanya wakil rakyat di DPR. Jika selama 4 tahun ini, DPR memegang prestasi sebagai lembaga terkorup. Dan memang buktinya, DPR hanyalah para pencuri berdasi dengan senyum-senyum palsu membungkus niat busuk mereka. "Khusus Indonesia empat tahun berturut-turut rangking teratas korupsi adalah DPR. Negara lain nggak ada. Jadi uniknya Indonesia itu. Di sini korupsi berjamaah. Cek pelawat misalnya. Bahkan ada yang ngajak istri dan anak. Anak ngajak bapaknya. Semuanya ada," ujar Adnan saat Malam Penganugerahan bagi pemenang Festival Film Antikorupsi (Anti-Corruption Film Festival - ACFFest) 2013, di XXI Epicentrum, Jakarta, Sabtu (14/12/2013). Dan kembali, di pemilu Legislatif 2014 nanti, hampir 90% Caleg yang maju adalah wajah-wajah lama. Dengan dalih 'perjuangan' mereka yang belum usai, benarkah? Perjuangan untuk siapa dan buat apa? Toh selama ini yang saya rasakan di kota Solo, dengan banyak anggota DPR yang mewakili di Senayan sana, tidak ada perubahan penting. Semua sama, kecuali peninggalan dari kebijakan Pak Jokowi. Dan semua dari Anda juga mungkin miris dan prihatin dengan kelakuan anggota DPR. Dari mulai tidak hadir rapat dan tidur dalam rapat sampai kasus esek-esek di gedung DPR menjadi konsumsi media. Semua isu ditelanjangi, sehingga publik pun memberontak. Dulu pernah sempat diajukan wacana gedung DPR yang akan menghabiskan triliunan rupiah, akhirnya ditolak. Dengan media membongkar dan publik menolak. Wacana ini hilang. Korupsi yang bergeliat dan berputar di gedung DPR dan dalam isi kepala anggotanya, seperti sudah tersistem. Korupsi dilakukan berjamaah. Saat satu tertangkap, sindrom lupa dan tidak pernah bertemu menjadi alibi. Seakan mereka yang terlibat bersumpaj untuk harakiri. Atau ada juga yang tidak mau harakiri, sehingga dicatutlah nama-nama mereka yang terlibat. Namun sepertinya jamaah korup ini begitu kuat, sehingga semua melindungi oknum yang dituduh. DPR, Utak-Atik Undang-Undang Biar Koruptor Selamat Adnan melanjutkan korupsi berjamaah tersebut yakni perselingkuhan antara parlemen (legislatif) dengan eksekutif. Adnan pun mengingatkan draft (usulan) Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi dimana korupsi disebutkan bukan kejahatan luar biasa dan disamakan dengan kejahatan pencurian atau pemerkosaan. "Sehingga ancamannya pun biasa. Draftnya dari pemerintah. Kalau ini berhasil diketok palu DPR, Indonesia mundur sekian puluh tahun. Kembali ke jaman kegelapan. Mudah-mudahan tidak diketuk parlemen. Biasanya saat kita lengah, mau lebaran, Pemilu itu diketok palu," ungkap Adnan. (berita: tribunnews.com) Ah, betapa mengerikan dan suram dunia hukum di Indonesia, jika DPR menyetujui draft Tipikor tersebut. Sebuah pengingkaran dan peruntuhan nilai hukum sejati. Menyakiti dengan sangat dan nyata hati nurani rakyat Indonesia. Mengantarkan Indonesia menjadi negara gagal. Semua demi kepentingan golongan, keluarga dan perut sendiri. Semua diatur agar dinasti korup itu terus berdiri. Agar generasi korup hasil korupsi mereka bisa berkorupsi kembali, seperti ayah-ibunya dulu. DPR beserta oknum dibalik layar tirai dinasti korupsi itu mungkin terus berusaha melemahkan dan memberangus semua yang akan menghancurkan mereka. Mulai dari KPK sampai Kejaksaan kalau bisa, mereka bisa atur dan kontrol. Kalau bisa malah, para petinggi KPK sampai Hakim dikriminalisasi atau dibunuh saja. Biar orang takut menjabatnya. Itu mungkin fikiran dalam otak-otak mereka. Rakyat, Tetap Bersatu dan Melawan Korupsi Rakyat Indonesia harus terus melawan. Gunakan semua doa dan harapan agar Indonesia bebas korupsi. Agar anggota DPR itu menjadi benar-benar wakil rakyat. Bukan wakil golongan atau wakil keluarga. Rakyat ingin melihat dan merasakan kinerja nyata anggota DPR. Karya yang memang bisa dikenang dan mengharumkan nama mereka sendiri. Karya yang bisa dibanggakan anak cucu anggota DPR. Bukan bau tidak enak setelah purna tugas anggota DPR. Dan, dengan tulisan Anda, saya atau kita semua untuk memberangus koruptor dan kegiatan korupsinya, suatu saat oknum-oknum dibalik panggung itu akan muncul. Muncul menampakkan wajah dan rupa mereka. Muncul agar rakyat Indonesia bisa benar-benar tahu siapa yang menjalankan roda pemerintahan saat ini. Karena Presiden kita, saat ini, cuma bisa prihatin tanpa dukungan berarti penumpasan korupsi. Apakah benar adanya 'Dewan Jendral' di luar sana? Mulai dari sosok-sosok misterius selama ini yang muncul di media. Dari Sengman, Bunda Putri dan Bu Pur, masih adakah tokoh-tokoh dibalik tirai dinasti korupsi itu? Kita rakyat Indonesia selalu dan pasti mendukung KPK dan Pengadilann Tipikor dalam tugas mulianya. Meruntuhkan dinasti korupsi di Indonesia. Dan terus membongkar korupsi di DPR. Salam, Solo, 14 Desember 2013 11:23 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun