Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Cukup Sudah] Opera Van Java

17 September 2013   09:53 Diperbarui: 4 April 2017   17:35 6000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: b.vimeocdn.com

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="source: b.vimeocdn.com"][/caption] Sudah cukup lama acara Opera Van Java bercokol menjadi acara komedi untuk keluarga Indonesia. Segala kelucuan yang terbalut kekonyolan para pemain seperti Parto, Andre, Sule, Azis dan Nunung mampu mengocok perut dan meredam sedikit kepenatan para pemirsa yang mungkin kelelahan. Dan sudah cukup saya kira acara ini ditayangkan. Sudah cukup kelucuan yang dibalut kekonyolan para pemainn yang nampak monoton dan 'garing''. Pola lawakan yang sudah sering dimunculkan dan dimainkan para 'komedian' OVJ sudah cukup mudah ditebak dan dihapal. Mulai dari Sule yang memerankan kakek tua, Andre yang 'nyletuk' tidak jelas, Nunung yang terpingkal lalu 'pipis' di celana, sampai Azis yang kehabisan bahan lalu dandan bak banci atau apalah. Alur cerita yang cenderung improvised-on-stage memang (pernah) baru beberapa tahun lalu, seperti acara Extravaganza. Lalu muncul OVJ yang mengangkat cerita asli Indonesia untuk diplesetkan. Kadang saya lihat, lebih kentara kengawurannya daripada isi ceritanya sendiri. Kemudian bintang-bintang yang hadir juga dalam memerankan tokoh hanya sekadar 'display' atau 'laughing stock' para pemain OVJ. Lebih lagi, kebosanan menonton OVJ adalah jam tayang yang setiap hari. Bahkan kadang di-rerun demi memajang suatu produk. Seringnya melihat acara ini membuat, saya khususnya, muak. Kekonyolan dan balutan iklan dalam acara ini semakin membuat polusi dalam fikiran saya. Produk iklan pun semakinn mentereng sebagai background suatu scene. Apalagi sekarang, OVJ sudah membubuhi embel-embel 'bersama...' Yang tentu membuat saya tertegun dan semakin tidak senang menontonnya. Akibatnya, Nunung sekarang mengidap istilah yang saya pinjam 'kram otak' Kram ini akan terjadi jika ia kelelahan. Melihat padat dan merayapnya jadwal 'stripping' OVJ saya fikir wajar jika Nunung kelelahan. Apalagi syuting live luar kota yang tentunya memakan banyak waktu dan fikiran. Baru-baru ini saja Sule sakit. Tidak tahu apa penyebabnya, namun saya fikir masih ada sangkut pautnya dengan padat syuting OVJ. Sudah saat, tim 'kreatif' Trans 7 menyetop atau mencari alternatif tayangan komedi lain. Karena saya perhatikan, semakin hari semakin tidak bermutu acara Trans 7. Begitupun kakaknya, Trans TV yang semakin kesini semakin menunjukkan kemlempemannya dalam berkreasi. OVJ hendaknya sudah waktunya berhenti dan diganti acara lain yang lebih mendidik dan berkelas. Wajah baru OVJ saat ini pun hanya sekadar baju saja. Isi dan bahan lawakan tidak jauh berbeda. Cuma ditambahkan saja banyak produk sponsor. Sudah waktunya, acara -tidak hanya OVJ- menggali lebih dalam kepuasan menonton dan konten acara. Tidak hanya mengejar rating guna memajang produk. Tetapi lebih pada memberi suatu yang berkesan dan mendidik. Apalagi acara 'komedi' di Indonesia semakin terdegradasi isinya menjadi sekadar acara konyol-konyolan dan mencaci maki fisik dan wajah. Komedi yang terkesan menjadikan dasarnya pada kekonyolan yang over-exposed. Semakin konyol semakin lucu. Makna lucu dan menghibur sudah lesap dan hilang oleh kekonyolan. Komedian saat ini hanya sebutan yang 'katanya'. Komedi kosong dan hambar dalam kecerdasan lebih ditonjolkan. Tulisan saya yang serupa: 1. Pelecehan Pahlawan Dalam Sahurnya OVJ (11 Juli 2013) 2. Kekonyolan Over-expose Solo, 17 September 2013 09:46 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun