[caption id="" align="aligncenter" width="372" caption="(ilustrasi: lampungonline.com)"][/caption] Partai Golkar atau Golongan Karya sejatinya serupa oplet tua dari jaman Orba. Kendaraan politik rezim Soeharto ini, sudah lusuh dimakan jaman. Namun, bandelnya 'mesin' oplet tua berjuluk Golkar masih menjadi pamor tersendiri. Oplet tua ini sudah berganti supir beberapa kali. Dengan lama sekali menjadi oplet plat merah, Golkar kini hendak dilelang menjadi plat kuning alias partai oposisi. Serupa warna khas Golkar yang kuning, kini Golkar yang bergabung ke dalam Koalisi Merah Putih bak hendak diremajakan. Bukan menjadi unit oplet baru. Tapi hanya berganti supir. Dan beberapa pihak beradu 'kuat' untuk menjadi sopirnya. Kisruh berebut jabatan Ketum Golkar antara Aburizal Bakrie versus Agung Laksono kian memanas. Dua kelompok Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) yang hadir saat Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat kemarin (26/11/2014) di Jakarta saling adu jotos. Rapat Pleno dihentikan dan keputusan menyatakan untuk memecat Ketum Golkar Aburizal Bakrie dan Sekjen Golkar Idrus Marham. Rapat pleno ini juga memutuskan bahwa Munas di Bali 30 November nanti tidak sah. Munas yang dipercepat tersebut adalah tindakan intimidatif dan provokatif tegas Agung Laksono, Ketua Presidium Penyelamatan Partai Golkar. (berita: yahoo.co.id dari tempo.co) Siapa Sopir Oplet Yang Pantas Menyupir Golkar? [caption id="" align="aligncenter" width="397" caption="(ilustrasi: lensaindonesia.com)"]
"Saya dan keluarga sudah keluarkan dana (untuk korban lumpur Lapindo) hingga Rp. 9 triliun dari uang pribadi saya, bukan perusahaan. Jadi kalau modal calon presiden katanya Rp. 3 triliun, saya sudah 3 kali jadi Presiden," (berita: vivanews.com)
Bagi seorang Aburizal Bakrie, birahi berkuasanya seolah tidak bisa terbendung. Segala daya dan upaya ia tempuh. Pola kepemimpinan lemah dan tidak tegas, menjadikan Ical mudah dibumbung (dibuai, Jawa) orang-orang dekatnya. Pola menjilat dan ABS (Asal Bapak Senang) pun dipraktekkan. Sempat elit Golkar mbumbungke (menjilat, Jawa) Ical untuk bersanding menjadi Capres dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bambang Soesatyo berseloroh meninggikan sang Ketum Golkar, agar bisa memenangkan Pilpres 2014 lalu, jika bersanding dengan SBY yang menjadi Cawapres. Walau buktinya, Ical bahkan tidak masuk radar Cawapres Prabowo. (Artikel saya yang membahas hal ini, Duet Maut ARB-SBY Sudah Diramalkan Sebelumnya)
Bambang (Soesatyo) meyakini akan banyak partai dan calon presiden yang melamar SBY untuk menjadi pendamping di Pemilu 2014.
"Termasuk Partai Golkar. Jika Pasangan ARB-SBY dapat diwujudkan, saya memprediksi Partai Demokrat akan diuntungkan," kata Anggota Komisi III DPR itu.
Ia menjelaskan elektabilitas partai Demokrat akan ikut melesat mengikuti Partai Golkar bila berduet di Pemilu 2014. (berita: tribunnews.com)
[caption id="" align="aligncenter" width="381" caption="(ilustrasi: kapanlagi.com)"]
"Belum ada (tanggapan AL), makanya dalam minggu ini kalau enggak ada niat baik saya akan keluarkan bukti-bukti foto saya," kata Sovie saat dihubungi melalui telepon selularnya, Jumat (21/9/2012). (berita: okezone.com)
Bahkan saat Golkar ditempa stigma partai Orba pada masa Ketum Golkar Jusuf Kalla, ia konsisten pada pilihan partainya. Sebut saja Malkan Amin rekan AL di Golkar yang sempat menjabat Bendum Golkar periode 199-2005, menjadi kutu loncat. Malkan Amin meloncat ke partai pimpinan Surya Paloh, NasDem. Dan tahun 2013 lalu, sudah ada 11 politisi Golkar yang loncat ke parpol lain. Sedang keteguhan AL terus ditempa di Golkar yang membuatnya ia semakin cinta dan juga semakin gerah. Ia gerah melihat polah Ical yang membawa Golkar seperti berjalan di tempat. Entah ada niat untuk menyabet posisi Ketum Golkar ke depan. Karena posisi di pemerintahan yang kini ia tidak pegang satupun. Menjadi Ketum Golkar mungkin menurut AL sudah cukup lumayan. Golkar si Oplet Tua yang Tetap Eksis Makin tua makin mahal, seolah tertanam di benak saat kata Golkar terucap. Golkar yang telah eksis di dua rezim, bahkan sekarang tiga dengan rezim Indonesia Baru akan tetap bertahan. Beragam terpaan dan bully politik sepertinya tidak menggoyahkan Golkar dengan nyata. Akar loyalitas kader yang mungkin sudah turun temurun antar generasi adalah keniscayaan. Golkar pun telah menancapkan kader dan politiknya sendiri kuat di kalangan pemerintahan. Residu rezim Orba dengan akar Golkar yang kuat, tentunya bukan hal sepele. Jika dibandingkan dengan parpol baru serupa Demokrat atau NasDem. Golkar tetap akan membayangi kepala akar rumput negera ini. Dari pejabat sampai tukang becak. Kisruh internal Golkar, tak lepas dari sensasi adu jago antar sahabat. Tidak mungkin AL dan Ical tidak kenal baik. Sejak AL dan Ical menjadi Mentri, atau saat menjabat menjadi elit Golkar pasti ada hubungan 'mesra' dua sahabat. AL maraha dan gerah akan Ical seolah teguran kawan kepada kawan yang berbuat salah. Politisasi hanyalah anggapan para pengamat politik semata. Baik AL maupun Ical saya fikir tahu ini adalah masa sulit dalam persahabantannya. Tunggu saja, nanti mereka berdamai. Salah satu akan menjadi supir si oplet, sedang yang satu akan menjadi kernetnya. Salam, Solo, 26 November 2014 01:30 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H