Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Batita Bisa Belajar Bahasa Asing, Asalkan... [Catatan Nangkring Bareng Parenting]

21 Desember 2014   07:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:49 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_384514" align="aligncenter" width="520" caption="Baby Learning A Language (ilustrasi: dailymail.co.uk)"][/caption] Baru kali pertama saya menyambangi kantor Kompas-Gramedia di Palmerah. Sekitar pukul 15:40 saya baru mencapai lantai 6 gedung Kompas-Gramedia, tepatnya di Ruang Audio. Tidak seperti Nangkring Kompasiana biasanya, resepsionis yang berada di depan ruang sangat sederhana. Hanya bangku meja dan daftar hadir serta pulpen. Setelah menandatangani daftar hadir, saya tanya apakah sudah lama acaranya dimulai. Ternyata belum, tepat ketika saya masuk, moderator baru saja memperkenalkan pembicara. Untunglah saya fikir, saya tidak ketinggalan sama sekali materi yang disampaikan. Masuk ke Ruang Audio, saya disambut senyum 2 Kompasianer yang saya kenal baik. Ada ibu Maria dan ibu Indah plus 3 orang anak. Ke tiga anak ini adalah anak-anak dari ibu Indah. Ketiganya keturunan sang ayah yang Hongaria dan sang ibu yang asli Malang. Ada pula satu orang anak kecil, usianya 2 tahun lebih. Ia adalah putra dari ibu Rodame, Kompasianer juga. Suasana hangat dan kekeluargaan mengisi seluruh ruang. Apalagi anak-anak yang hadir ikut bermain di sekitar ruang. Seolah, acara Nangkring ini adalah arena bermain mereka. Saya memposisikan diri agar tidak jauh dari pembicara dan tidak terlalu di belakang. Terlihat pula beberapa kru Kompas TV turut merekam acara ini. Sang pembicara, seorang psikolog ibu Firesta Farizal. Seorang praktisi di Klinik Psikolgi Mentari Anakku, ibu Firesta penuh senyum dan semangat berbagi dengan kami. Sebagai seorang ibu dari seorang putri, ibu Firesta sepertinya faham benar tentang bidang pembelajaran bahasa asing pada batita (belum tiga tahun). Lebih lagi ia juga seorang psikolog dengan pengalaman dan kasus dari klien yang cukup beragam. Dan sebuah pertanyaan yang penting untuk dijawab ayah bunda batita menurut ibu Firesta, 'Apakah batita perlu belajar bahasa asing?' [caption id="" align="aligncenter" width="479" caption="(Suasana Nangkring Bareng Berisi Keceriaan Anak-Anak - foto @kompasiana)"]

(Suasana Nangkring Bareng Berisi Keceriaan Anak-Anak - foto @kompasiana)
(Suasana Nangkring Bareng Berisi Keceriaan Anak-Anak - foto @kompasiana)
[/caption] Batita dan Usia Ledakan Kosakata Batita sejatinya bisa mempelajari bahasa baru, baik bahasa ibu atau asing dengan dua fase. Yang pertama adalah fase reseptif. Pada fase ini batita diperkirakan sudah mampu memahami dua perintah. Seperti permintaan ayah atau bunda, "Ambil pensil itu, dan taruh di atas meja". Dan fase yang kadang hampir bersamaan adalah fase ekspresif. Pada fase ini, terjadi ledakan kosakata batita. Anak mampu mengulang kata-kata yang diucapkan. Batita juga mampu bercerita dalam bentuk kalimat. Dan juga, batita mampu berceloteh lancar dan dapat difahami dengan baik oleh orang disekitarnya. Namun pada beberapa batita, bisa terjadi keterlambatan wicara. Sebabnya bisa bermacam-macam. Mulai dari faktor fisiologis maupun interaksi batita dan ortu yang terbatas. Batita mempelajari bahasa asing dan ibu dengan baik pada dua fase ini. Lalu, apakah batita bisa dikenalkan atau diberi pelajaran bahasa asing? Ibu Firesta mengganggap hal ini tergantung dari tujuan. Bisa menjadi penting pada kasus-kasus tertentu. Bisa pula menjadi tidak begitu penting dengan alasan-alasan tertentu. Semua kembali kepada tujuan ortu memperkenalkan atau meminta batita belajar bahasa asing. Batita Bisa Diperkenalkan Bahasa Asing Asalkan Sehingga ada beberapa hal yang patut diketahui ayah bunda tentang hal ini. Yang pertama adalah, batita harus sudah matang bahasa ibunya. Pastikan fase perkembangan batita sudah benar menurut indikator yang ada. Dengan kata lain, batita harus menguasai dengan baik dan benar bahasa ibunya dahulu. Baru setelah itu, batita bisa diperkenalkan dengan bahasa asing. Karena dampak negatif batita yang belum matang bahasa ibunya, lalu diberikan bahasa asing adalah kebingungan berbahasa. Yang kedua adalah, memperkenalkan bahasa asing dengan menyenangkan. Saat batita sudah matang berbahasa ibu, lalu perkenalkan ia dengan bahasa asing dengan cara yang menyenangkan. Usahakan ayah bunda bisa membuat merespon secara positif saat batita sedang belajar bahasa. Jangan membuatnya menjadi down dengan memintanya diam. Usahakan juga, pola berbahasa ayah bunda baik dan benar. Usah lagi berbicara dicedalkan ke batita, seperti berucap 'cucu' untuk 'susu'. Karena dikhawatirkan anak akan terpola demikian dalam berbahasa. Yang ketiga dan paling penting buat saya adalah, ayah bunda harus mau bersama belajar. Dengan kata lain, jangan batita kita sudah belajar bahasa asing, kita tidak sama sekali. Misalkan ia kita perkenalkan dengan bahasa Inggris, sedang ayah bundanya tidak bisa sama sekali bahasa Inggris. Lalu dengan siapa batita akan berkomunikasi dengan bahasa Inggris paling sering. Jika tidak dengan ayah bundanya sendiri. [caption id="" align="aligncenter" width="479" caption="(2 Putra dan 1 Putri dari Ibu Indah yang Ikut Nangkring Bareng - foto @kompasiana)"]
(2 Putra dan 1 Putri dari Ibu Indah yang Ikut Nangkring Bareng - foto @kompasiana)
(2 Putra dan 1 Putri dari Ibu Indah yang Ikut Nangkring Bareng - foto @kompasiana)
[/caption] Kasus Unik Di Lapangan Dan setelah sesi penjabaran materi usai, kami masuk ke dalam sesi tanya jawab. Sesi yang mungkin juga paling ditunggu Kompasianer, demikian juga saya. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan dari Kompasianer yang datang. Dan berikut coba saya rangkum agar tidak terlalu panjang dan rumit. Terutama pengalaman ibu Indah dengan tiga anaknya yang keturunan Hungaria. Ada pula Untuk ibu Indah yangbersuamikan seorang dari Hungaria, mereka berdua punya komitmen. Yaitu anak-anaknya harus belajar bahasa ibu mereka dahulu, yaitu Bahasa Indonesia. Karena kebetulan sang suami sudah lama tinggal dan bekerja di Indonesia, suami ibu Indah pilih anak-anaknya belajar Bahasa. Sedang bahasa Hongaria sendiri sang suami juga perkenalkan, ketimbang bahasa Inggris. Ajaibnya, ketiga anaknya tahu kapan dan dengan siapa bahasa-bahasa asing yang mereka tahu digunakan. Berbicara dengan anak-anak dari Hongaria, anak-anak mereka langsung berbahasa yang sama. Begitupun saat dengan ibunya, berkomunikasi dengan Bahasa. Dan pengalaman Kompasianer lain, saya lupa namanya, juga demikian. Cucunya yang kebetulan dilahirkan dan besar di keluarga yang bilingual, dapat dengan baik menyerap semua bahasa. Kebetulan cucunya lahir dari seorang ayah keturunan Belanda. Dan nyatanya cucunya mampu berbahasa dengan baik. Baik untuk bahasa Indonesia, dan juga bahasa Belandanya. Dan juga di sekolah, ia belajar bahasa Inggris. Ia pun mampu menguasai dengan baik. Walau pemilihan bahasa yang ia fahami memang disesuaikan dengan siapa dan dimana ia harus berucap bahasa tertentu. Terlepas dari sulit atau tidaknya satu bahasa untuk dikuasai, memperkenalkan batita pada bahasa asing juga adalah peran dan dorongan ayah bunda. Dan juga orang-orang disekitarnya yang setiap hari berinteraksi dengan batita kita. Usahakan tidak memberi respon negatif atas semua pertanyaan dan feedback darinya. Tanggapi dengan mengulang jika kita tidak bisa merespon dengan panjang lebar. Kalau tidak tahu atas satu bahasa yang ditanyakan batita atau anak, ayah bunda harus mau mencari jawaban bersama. Jangan hilangkan rasa ingin tahu (curiosity) mereka. Dampingi dan ikut belajar berbahasa asing dengan cara menyenangkan, adalah cara terbaik memperkenalkan anak ke bahasa asing. Salam, Tangerang 21 Desember 2014 12: 32 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun