Media sosial dan hari Raya Lebaran memiliki kaitan erat. Ratusan juta orang Indonesia adalah user media sosial. Di akhir Ramadhan, momentum dan trending medsos tak jauh dari nuansa Lebaran. Entah itu tentang arus, mudik, THR, maaf-maafaan, menu sarapan Idul Fitri dsb.
Medsos di masa Lebaran jelas menjadi media komunikasi dan berinteraksi. Hari Lebaran menjadi momen spesial bagi umat Islam untuk merayakan kemenangan setelah menjalani berpuasa sebulan penuh. Saat Lebaran juga, banyak orang berkunjung ke rumah keluarga, saudara, atau teman untuk saling memaafkan dan bersilaturahmi.
Berkunjung berarti menggunakan baju terbaik dan dandanan menarik. Karena nanti untuk digunakan untuk pose foto bersama yang diabadikan. Berbagai filter video juga digunakan untuk postingan ucapan Lebaran. Saling tag saudara dan teman di postingan menjadi hal yang wajib.
Seiring keluarga atau teman saling bercakap dan melepas rindu. Ada kecemasan hati pada postingan yang dibuat. Adakah like, share, atau comment yang didapati? Kalau belum ada yang share atau like, apa ada postingan lain yang lebih heboh? Padahal outfit sudah bagus dan senyum sudah sumringah.
Apakah perlu kembali di-share foto dan video di platform medsos lain? Satu postingan mungkin belum cukup. Satu platform medsos juga sepertinya kurang, karena postingan masih sepi. Utak-atik kembali foto dan video dengan fitur medsos lain lagi. Habis waktu bercakap dengan orang sekitar.
Cek kembali tag, takut ada yang belum dan malah tidak enak. Tag dalam foto atau posting menjadi wajib saat foto bersama. Tidak men-tag orang dalam foto bisa berarti sangat negatif. Orang lain menganggap si empunya posting musuhan. Yang dirinya tidak di-tag pun bisa merasa dijauhi.
Medsos di kala hari Raya bisa mereduksi arti kebersamaan. Salah satu alasan mengapa hal ini terjadi adalah karena banyak orang terlalu fokus pada diri sendiri di medsos. Tidak ada like atau heart adalah kecemasan terselubung. Sok kuat untuk cuek tapi diri tidak tahan untuk tidak cek notifikasi.
Ada rasa peduli pada ketidakpedulian dengan orang sekitar. Peduli untuk santun berfoto bersama. Tidak peduli ketika postingan minim like. Karena juga saking sibuknya mengunggah foto, status, atau video terbaik demi like dari orang lain atau orang asing. Jikapun ada obrolan, fokusnya masih mencari cara posting foto terbaik.
Alih-alih mengikuti obrolan dari orang lebih tua, diri lebih asyik men-scroll timeline. Hilanglah cerita teman atau orang tua yang sedang bersama dalam nuansa Lebaran. Obrolan di dunia nyata bisa menjadi hambar dan tidak hangat. Karena lebih menyenangkan membalas komentar atau menunggu like.