Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ini Hal-Hal Penting dari Detoks Media Sosial (SDMS 23/30)

14 April 2023   23:13 Diperbarui: 15 April 2023   23:27 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pexels

Detoks media sosial menjadi solusi bukan saja pecandu medsos. Bisa jadi bagi mereka yang jenuh dengan medsos, bisa dilakukan. Tidak perlu sepenuhnya lepas dari medsos. Detoks medsos juga bisa berarti mengatur dan membatasi diri dari distraksi media sosial. Sayang jika dampak negatif menjebak kondisi diri sendiri.

Di antara users usia dewasa muda, medsos telah mampu meningkatkan prevalensi kecemasan dan depresi. Para peneliti menemukan bahwa users yang sering mengecek akun mereka memiliki risiko depresi lebih tinggi dua kali lipat daripada rekan-rekan yang kurang berorientasi media sosial.

Detoks media sosial bukanlah sebuah akhir. Aktivitas ini adalah sebuah proses dan pembiasaan diri. Tidak perlu dikembangkan menjadi lebih lanjut.Kuncinya adalah tetap konsiste. Setelah menjalaninya, ada banyak hal yang bisa dipahami.

Pertama, ada alasan atau motivasi diri melakukan detoks medsos. Secara garis besar, alasannya adalah karena medsos sudah mengambil alih hidup. Terlalu sering diri menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling, liking, commenting, dan posting di berbagai platform medsos. Padahal ada hal lain lebih penting dilakukan dan diselesaikan. 

Kedua, bahwa hidup tanpa atau minim paparan medso tidaklah seburuk yang dibayangkan. Malah sebaliknya, hidup tanpa medsos lebih bahagia dan tenang. Tak perlu lagi khawatir atau cemas tentang apa yang orang lain pikirkan tentang diri. Sehingga bisa lebih fokus pada diri sendiri dan apa yang penting bagi kehidupan. 

Ketiga, diri kini bisa lebih menikmati momen-momen kecil dalam hidup. Karena kini tanpa harus merekam dan membagikannya ke medsos. Seringkali, postingan yang begitu polos atau sederhana memicu kecemasan akan tidak mendapat like dan share. Ditambah lagi komentar julid dan multiperspektif pada konteks postingan.

Ketiga, medsos seringkali bukanlah sumber informasi atau inspirasi terbaik. Karena efek filter bubble atau echo chamber, yang menghiasi linimasa hanyalah hal-hal yang sesuai dengan preferensi atau pandangan kita. Mencari informasi kini bisa dilakukan dengag membaca lebih banyak buku, artikel online, podcast, dan video yang membahas hal tertentu.

Keempat, dukungan dari orang-orang terdekat sangatlah penting. Dengan memberitahu keluarga dan teman menjadi daya dorong melakukan detoks medsos lebih baik. Mintalah tolong mereka untuk tidak mengirimkan pesan atau tag saya di media sosial. Mintalah juga untuk mengingatkan dan menyemangati jika kembali tergoda ke medsos. 

Kelima, menghapus semua aplikasi medsos, mungkin tapi dengan syarat. Langkah ini yang paling penting dan paling sulit bagi dilakukan. Walau langkah ini perlu diambil jika ketergantungan pada medsos sangat pelik. Jalan keluarnya adalah mengurangi, membatasi, dan berdiskusi dengan teman jika hendak posting.

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan selain menghabiskan waktu di medsos. Lakukan hal baru atau lebih produktif daripada terlalu lama dengan medsos. Bersantailah dalam hidup tanpa perlu direcoki kecemasan akibat medsos. Mungkin ada banyak hal lain bisa dipelajari selain lima poin di atas. 

Tengok kembali langkah detoks medsos lain di sini.

1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 6 - 7 - 9 - 10 - 11 - 12 - 13 - 14 - 15 - 16 - 17 - dst

Disclaimer:

  • Tulisan ini adalah tulisan dalam Seri Detoks Media Sosial (SDMS) selama bulan Ramadhan. 
  • Untuk tautan setiap tulisan berikutnya akan di-update secara berkala 
  • Setiap tulisan tidak merefleksikan apa yang sudah dialami atau dilakukan penulis
  • Setiap tulisan adalah hasil analisis dan riset dari berbagai sumber
  • Sumber dari setiap tulisan ada dalam tautan yang disisipkan.

Salam,

Wonogiri, 14 April 2023

11:13 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun