Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Trusted Media Summit 2019: Ajang Bertemu, Berbagi, dan Berkolaborasi

11 Desember 2019   09:35 Diperbarui: 11 Desember 2019   11:53 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Trusted Media Summit 2019 di Singapore - Foto: Dokumentasi Panitia

Menjadi bagian dari Trusted Media Summit 2019 (TSM 2019) di Singapore sangat luar biasa. Gelaran besar ini mempertemukan platform, pemerintah, newsroom, organisasi cek fakta, dan NGO. Mereka datang tidak hanya dari kawasan Asia-Pasifik. Tapi negara Barat seperti U.S., U.K, sampai Brazil.

Hampir 200 orang di gelaran ini membahas satu isu penting. Sebuah fenomena yang mengancam demokrasi dan persatuan bangsa. Yaitu isu disinformasi.

Saya bisa bertemu orang-orang dibalik platform teknologi seperti Google, Facebook, Line, Pinterest, dsb. Adapun perwakilan pemerintah seperti dari Singapore, Taiwan, China, dan Indonesia. Newsroom atau media yang memiliki divisi cek dari kawasan Asia-Pasifik fakta pun uga hadir . 

Juga hadir  organisasi cek fakta internasional seperti IFCN dan First Draft. NGO yang berfokus pada cek fakta dan verifikasi informasi juga hadir dari India sampai New Zealand.

Dan saya sendiri mewakili Mafindo sangat tergerak untuk berbagi dan berkolaborasi. Selain menjadi undangan. Beberapa anggota Mafindo juga menjadi panelis di beberapa sesi. Terutama yang membahas soal cek fakta, teknologi AI, dan pengembangan literasi media.

Claire Wardle dari First Draft menganggap kolaborasi adalah kunci melawan disinformasi. Mulai dari pemerintah sampai elemen NGO harus bisa bergerak, berkoordinasi, dan mensingkronisasi semua hal. Mulai dari tools cek fakta sampai pengembangan literasi media.

Platform besar seperti Facebook dan Google pun tidak tinggal diam atas isu ini. Mereka sudah banyak bergerak dan berkolaborasi bersama banyak pihak. Seperti Facebook yang merangkul third-party fact checkers seperti Mafindo. Atau Google yang mengembangkan fitur mark-up untuk cek fakta berita.

Organisasi cek fakta yang terjun langsung ke publik. Juga tidak ingin tinggal diam. Banyak yang telah mengembangkan Artificial Intelligence (AI) untuk melakukan cek fakta. Bagi beberapa organisasi cek fakta baru, banyak tools dan metode yang juga dipelajari dan dibagi bersama.

Peran pemerintah pun dalam hal regulasi tidak kalah penting. Banyak negara kini yang menelurkan banyak aturan menyoal informasi bohong atau hoaks. Ada yang mulai memulai seperti Singapore. Atau sedang menggodok aturan-aturan baru seperti Indonesia.

Di gelaran internasional ini, saya banyak belajar. Selain juga berbagi tentang apa yang Mafindo telah, sedang dan akan lakukan. Karena cek fakta hoaks saja tidak cukup. Tapi pendidikan dan kolaborasi bersama stakeholders negara ini juga sangat penting.

Dan sekali lagi, saya akan banyak berbagi dari apa yang saya dapat di TSM 2019 ini.

Salam,

Singapore, 11 Desember 2019

10:33 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun