Gerakan radikalisme yang memicu terorisme diuntungkan sekali platform instant messaging. Pesan terenkripsi yang menjamin privasi dan kerahasiaan menjadi pedang bermata dua bagi platform.Â
Users pada umumnya merasa terlindungi komunikasi dan terjamin kebebasan berekspresinya. Pengguna tidak perlu was-was diawasi pihak asing dan peretas yang bisa saja mencuri data pribadi.
Sayangnya, bagi penyebar paham radikalisme pesan terenkripsi menjadi kanal komunikasi bebas pengawasan inteligen. Lebih jauh, mereka bisa membangun infrastruktur komunikasi yang sulit dikenali, ditembus bahkan dihancurkan.
Hal inilah yang kini sedang dihadapi platform TamTam. Aplikasi asal Rusia ini prinsip dan fungsinya hampir serupa Telegram. Semua pesan users terenkripsi dengan aman dan disimpan di beragam servers. TamTam yang belum lama populer, kini dibanjiri kanal-kanal propaganda ISIS.
Terjadi peningkatan jumlah kanal ISIS di TamTam mulai bulan November 2019. Hal ini dikemukakan pengamat terorisme asal Queens's University in Ontario Kanada, Amarnath Amarasingam. Dari 165 kanal ISIS pada akhir bulan lalu, di awal Desember tersisa 37 yang masih aktif.
Jurnalis New York Times, Rukmini Challimaci juga menemukan modus serupa di TamTam. Menurutnya dalam beberapa jam saja, TamTam sudah dijejali kanal-kanal berisi propaganda khalifah ISIS. Sepertinya ISIS hendak menjadikan TamTam 'rumah' baru setelah beragam platform menumpas propaganda mereka.
I feel sorry for the creators of TamTam, the platform that has been invaded by ISIS. It took Telegram 5 years to make a dent in the terror group's presence, which only happened a few days ago. The channels below were created hours ago on TamTam & are chockfull of ISIS propaganda: pic.twitter.com/SW8b0TfU9V--- Rukmini Callimachi (@rcallimachi) December 2, 2019
Seperti publik di Indonesia ketahui, Telegram sempat menjadi 'sarang teroris' di 2017. Sehingga Kominfo sempat memblokir akses ke Telegram beberapa waktu. Sampai CEO Telegram sendiri, Pavel Durov, datang bertemu Rudiantara untuk menutup segala propaganda ISIS dalam aplikasinya.
Propaganda ISIS via TamTam kabarnya memicu serangan di London Bridge belum lama ini. Usman Khan secara membabi buta menyerang pejalan kaki. Aksinya menyebabkan 2 orang tewas tertikam dan 3 orang lain terluka. Usman Khan akhirnya ditembak mati oleh polisi London.
Usai serangan, ISIS mengklaim bahwa Usman Khan adalah salah satu pejuangnya. Usman memiliki visi mendirikan kamp pelatihan militan ISIS. Usman menganggap dengan membangun kamp di tanah nenek moyangnya, di Kashmir. Sehingga lahir pejuang ISIS yang memerangi kekhalifahan.
Pengamat terorisme Belgia, Pieter Van Ostaeyen menemukan klaim Usman sebagai pejuang ISIS pertama kali muncul di TamTam. Tepat 2 menit setelah serangan terjadi. Banyak kanal ISIS yang masih aktif di TamTam segera mem-broadcast penyerangan ini.Â