Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Enak Mana, Sate Kambing atau Sate Kanguru?

12 Agustus 2019   21:34 Diperbarui: 15 Agustus 2019   21:15 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daging Kangguru - Foto: iheart.com

Tak ada yang lebih nikmat dari mendengar kemreces sate kambing saat dibakar. Aroma daging kambing saat menyentuh panas bara api menyeruak dan mengundang selera. Apalagi saat sate kanbing tadi masak dan disajikan dengan sambal kecap. Lezatnya tiada terkira. 

Dari kesederhanaan menyajikan sate kambing, ada kelezatan yang susah ditandingi. Namun sayang, hal ini saya sulit temui saat saya studi di Australia.

Merindukan rasa seperti mengingkari trahnya lidah. Jika orang bilang, lidahnya orang Indonesia seperti sulit menerima rasa masakan luar negri. Walau tidak dapat pula dinafikan jika ada masakan luar negeri yang memang enak. 

Namun lidah seperti punya keinginan "mudik". Lidah seperti ingin kembali merasakan rasa yang sering dan biasa dirasakan dulu di Tanah Air. 

Indonesia memiliki banyak kuliner bercitarasa tak terlupakan. Mungkin berbeda dengan kuliner luar negeri yang tidak begitu banyak bumbu. Masakan Indonesia terkenal dengan bumbunya yang "berani". Dan terbukti, rasa Indonesia tiada pernah terlupa karena rasa dan bahan-bahannya.

Sate kambing menjadi salah satu kuliner favorit saya. Jika ada waktu, saya biasanya datang ke gerobak sate Pak No di perempatan Sriwedari Solo. Gerobak sate bersejarah untuk saya. Karena saya dan istri sejak pacaran dulu langganan di tempat ini.

Rasa dan tekstur sate kambing di tempat ini tiada banding bagi saya pribadi. Kambingnya muda dan dibakar dengan arang batok kelapa. Ditambah sambal kecapnya menambah lezat dalam sederhananya sajian. Saat dilahap dengan nasi hangat, rasanya bukan main.

Goat oleh Capri23auto - Foto:pixabay.com
Goat oleh Capri23auto - Foto:pixabay.com
Daging kambing memang banyak mengandung kolesterol. Bagi beberapa orang, mungkin memilih menjauhi daging kambing. Namun buat saya, selama memakannya tidak berlebihan tidak apa-apa. Dan saya sendiri makannya tidak terlalu banyak. Wajar jika banyak orang saya selalu stay in shape, alias tidak gemuk.

Aroma sate dan rasa sate kambing memang khas. Berbeda dengan rasa sate sapi atau ayam pada umumnya. Daging kambing memiliki tekstur kenyal tapi tidak alot atau sulit dimakan. Sate ayam mungkin tidak begitu kenyal dan mudah dikunyah. Sedang sate sapi jika dikunyah akan lebih lama. 

Ciri lain sate kambing yaitu memiliki aroma prengus. Aroma yang khas ini pun membuat daging kambing memiliki cita rasa yang berbeda. Saya sebagai penikmat sate kambing, atau mungkin Anda, pasti tidak asing dengan aroma dari prengus ini.

Siapa yang tidak kangen sate kambing seperti ini saat jauh dari negeri sendiri?

Saya sendiri studi di sebuah kota kecil di selatan Sydney. Sebuah kota bernama Wollongong. Jaraknya sekitar 80 Km dari Sydney. Tidak banyak restoran yang menjual kuliner khas Indonesia. Yang saya tahu ada 2 restoran dengan spesialisasi masakan Indonesia. 

Pertama ada Balinese Spice Magic dan Dapur Jean. Untuk yang suka masakan khas Bali, bisa mencoba Balinese Spice Magic. Masakannya bercita rasa Bali, dengan beberapa menu lain Nusantara. Sedang Dapur Jean, yang kini sudah tutup, dulu menyajikan semua masakan khas Indonesia.

Untuk bersantap lengkap dan lebih banyak variasi kuliner Indonesia, saya pun sering mengunjungi Sydney. Di sana banyak sekali restoran yang menawarkan kuliner Indonesia. Terutama di daerah sekitaran Anzac Parade, daerah Kingsford, di dekat University of New South Wales (UNSW). Di daerah ini ada beberapa restoran menawarkan masakan citarasa Indonesia. 

Anzac Parade di Kingsford - Foto: mybhr.com
Anzac Parade di Kingsford - Foto: mybhr.com
Pun di beberapa daerah di downtown Sydney saya sempat menumpai restoran Indonesia. Mulai dari rendang sampai martabak, ditawarkan. Dan bagi para penikmat kuliner dan rindu masakan Indonesia, Sydney tempatnya. Namun tentunya tidak setiap minggu saya berkunjung ke Sydney. Selain masalah ongkos, juga sate kambing sejauh saya tahu tidak ada yang menawarkan. 

Untuk di Wollongong sendiri, tidak banyak restoran yang menawarkan citarasa tanah air. Mau tidak mau, membuat dan mengolah makanan Indonesia di kos sendiri menjadi pilihan. Dan banyak dari kami yang studi di sana pun membuat makanan ala Indonesia sebisanya, alias nyontek dari Google. 

Mulai dari klepon sampai lontong sayur sering teman-teman saya buat di kos. Walau mungkin tidak senikmat rasa dan suasana saat di tanah air. Setidaknya bisa melipur rindu kuliner tanah air, walau sesaat.

Pada banyak kesempatan di Australia, saya belum sempat merasakan kembali nikmatnya sate kambing. Walau terkadang acara kumpul bareng teman-teman pelajar Indonesia menyajikan masakan Indonesia. Sate yang dibuat kadang hanya sate ayam. 

Namun pada satu waktu, kerinduan lidah akan sate kambing akhirnya bisa dilipur.

Pada satu kesempatan, saya ditantang seorang rekan pelajar di Australia untuk menjajal daging kanguru. Saya sebelumnya sudah tahu jika daging kanguru bisa dikonsumsi.

Karena di Coles, sebuah supermarket di Australia, saya pernah melihatnya dijual. Di supermarket Woolsworth atau Woolies pun juga sering saya jumpai. Saya pun menerima tantangan teman saya tadi untuk mencoba daging kanguru.

Sebelum membeli daging kanguru, saya cek dulu halal atau tidak daging ini. Setelah saya riset sendiri di internet, kanguru sendiri hewan herbivora. Dan hewan jenis ini halal untuk dikonsumsi bagi Muslim.

Daging Kangguru - Foto: iheart.com
Daging Kangguru - Foto: iheart.com
Di Australia sendiri banyak sekali jenis daging yang dijual. Buat saya, dua daging yang jarang saya jumpai dijual bebas di Indonesia adalah daging kanguru dan daging buaya. Harga daging kanguru sedikit lebih mahal dari harga daging sapi.

Jika untuk 1 kilo daging sapi sekitar 10-15 dollar Australia (harga tahun 2017). Maka untuk daging kanguru, 10-12 dollar Australia untuk kilo saja. Untuk daging buaya sendiri lebih mahal dari kedua daging, untuk kilo dihargai 10-12 dollar Australia.

Menurut pengamatan saya ketika melihat daging kanguru di supermarket Coles, dagingnya lebih merah dari daging sapi. Teksturnya kenyal seperti daging sapi. Mungkin yang sedikit membedakan, daging kanguru memiliki sedikit gurat-gurat seratnya. Garis-garis ini biasanya berwarna keputihan. Di daging kanguru, garis ini sangat tipis. 

Bau daging kanguru prengus. Mungkin ini yang membuat saya ingat ke daging kambing. Mencoba meyakinkan, saya endus kembali daging kanguru waktu itu. Ya benar, baunya memang mirip daging kambing, prengus. Yang sedikit membedakan dengan daging kambing mungkin bau prengus daging kanguru sedikti lebih prengus. 

Untuk menjawab tantangan, saya pun membeli daging kanguru dan mencoba mengolahnya. Namun saya sendiri baru sekali membeli dan tak tahu cara mengolahnya. Karena bingung dan tak tahu banyak, saya coba untuk panggang saja di oven. Bersama teman satu kos saya waktu itu, saya coba memanggangnya. 

Beberapa teman kos saya tidak berani mencoba daging kanguru. Bagi mereka aneh dan mungkin agak enggan. Bahkan satu teman saya berkata kanguru terlalu imut untuk dimakan.

Karena toh saya sendiri melihat kanguru di Indonesia hanya di kebun binatang. Dan saat ini di Australia, dagingnya sudah ada di hadapan saya. Bahkan saat beberapa kali mengunjungi Melbourne dengan mobil, kanguru banyak tertabrak dan bergelimpangan di pinggir jalan.

Daging kanguru yang sudah saya beli pun diolah menjadi daging BBQ. Seperti biasa daging BBQ, bumbunya pun sesederhana bumbu jadi yang saya beli di supermarket. Memanggangnya pun tidak membutuhkan waktu lama. Kira-kira 20 menit, daging kanguru panas dari oven siap dihidangkan.

Saya cicipi selagi hangat daging kanguru ini. Benar saja, daging ini serupa daging kambing. Lidah memang tidak bisa berbohong. Dari tekstur dan aromanya, daging kanguru serupa dengan daging kambing. Tidak terlalu alot seperti daging sapi.

Dan juga tidak terlalu mudah dikunyah seperti daging ayam. Aroma prengus-nya tetap melekat walau dagingnya sudah diberi bumbu BBQ. Persis seperti daging kambing. Walau pada daging kambing, prengus-nya tidak sekuat daging kanguru.

Sate Kambing Solo - foto: direktoribisnis.co.id
Sate Kambing Solo - foto: direktoribisnis.co.id
Daripada lamb atau daging domba yang saya rasa, kanguru malah lebih serupa kambing. Daging domba juga banyak dijual di supermarket di Australia. Teksturnya memang serupa daging kambing. Bau prengusnya pun serupa. 

Namun dari aroma dan rasa, daging domba berbeda dengan daging kambing yang biasa ada di Indonesia. Daging kanguru mungkin buat saya pribadi yang lebih mendekati aroma dan rasa daging kambing.

Entah mengapa, bau prengus membuat aroma daging kanguru mengingatkan saya kampung halaman. Ketika daging kanguru masih hangat dan saya coba. Tekstur dan aromanya pun mengingatkan sate kambing. Membawa saya kembali ke gerobak sate kambing Pak No di perempatan Sriwedari Solo. Dan sampai sekarang pun, aroma prengus daging kanguru masih saya ingat jika makan sate kambing.

Namun tetap, tidak ada yang bisa menggantikan sate kambing ala Indonesia. Bunyi kemreces dari daging kambing yang juicy saat dibakar aromanya mantab sekali. Citarasa yang lidah sudah biasa mungkin tiada terganti. Namun daging kanguru seolah menggugah rasa yang sama dengan rasa daging kambing. Sebuah rasa yang beberapa waktu sempat hilang.

Kota Wollongong adalah kota kecil namun untuk mencari banyak kuliner. Biasanya saya dan teman-teman membuat sendir masakan khas tanah air. Daripada jauh-jauh dan mahal membeli di Sydney, masak sendiri kadang menjadi pilihan. Sudah banyak kuliner Tanah Air yang teman saya bisa buat. 

Karena biasanya merka tidak biasa masak saat di rumah. Dan saya sudah menemukan "pengganti" sate kambing ala Solo yang saya kenal. Ya, daging kanguru menjadi obat rindu sang lidah. Dari aroma dan rasa daging ini tidak jauh berbeda. 

Jika berkunjung ke Australia, tidak ada salahnya mencoba daging kanguru. Ada beberapa restoran seperti Outback yang menawarkan steak kanguru. Namun tentunya dengan harga yang cukup menguras kantong. Jika suka memasak, coba masak daging kanguru. Mungkin Anda akan merasakan tekstur dan aroma ala daging kambing di Indonesia.

Dan bagi saya pribadi, sate kambing tetap juara.

Salam,

Wonogiri, 12 Agustus 2019

09:32 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun