Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Xuexi Qiangguo dan "Digital Sovereignity" ala China

23 Februari 2019   13:48 Diperbarui: 23 Februari 2019   23:22 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi Xuexi Qianggao - Foto: thepeninsulaqatar.com

Xi Jinping sempat menggaris bawahi pentingnya digital sovereignty atau kesejahteraan digital. Hal ini dimaktub dalam Pakta Wuzhen Initiative tahun 2015 yang diluncurkan saat World Internet Conference di China.

Secara implisit, Xi Jinping ingin menghilangkan pengaruh internet yang selama ini dikuasai US. Sekaligus menutup ruang siber Tiongkok atas campur tangan, inovasi, atau bahkan inteligen asing, seperti US.

Skandal NSA sejak 1998 yang dibongkar Wikileaks menjadi contoh nyata monitor inteligen atas banyak negara. Kemudian, skandal Cambridge Analytica tahun 2015 juga menjadi contoh mogul tech seperti Facebook bisa cukup berbahaya untuk demokrasi. Belum lagi misinformasi yang juga mempengaruhi suasana politik dan nasional seperti di Uni Eropa, India, Brazil, Filipina, Myanmar, dan Indonesia.

Langkah memisahkan diri dari internet global ini kini hendak diadaptasi Rusia, Uni Eropa, bahkan India. Dominasi US sebagai adi kuasa atas internet bukan lagi pilihan demi stabilitas dan keamanan dunia siber sebuah negara. Dan sejak lama, kuasa US atas internet sudah diperdebatkan.

ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers) yang statusnya menjadi milik bersama atau global sejak lama. Kini malah dibawahi oleh US FCC (Federal Communication Commission). Dengan kata lain, FCC kini menjadi pemonitor dan otoritas IP address yang kita pakai. 

Model splinternet China sudah sejak dasawarsa lalu mulai dibangun atas dasar ideologis dan sentimen asing. The Great Firewall menjadi sandi negri Tirai Bambu atas kuasa mandiri atas internet. Dimulai dengan memblokir banyak sekali situs yang dianggap mengancam Cultural Revolution China sejak 1998. Seperti tertulis dalam Pasal 4-6.

Individuals are prohibited from using the Internet to: harm national security; disclose state secrets; or injure the interests of the state or society. (Golden Shield Project ; 1998)

The Great Firewall - Ilustrasi: asiancorrespondent.com
The Great Firewall - Ilustrasi: asiancorrespondent.com
Faktor kedua, iklim yang tercipta dari program The Great Wall ini menjadikan China mudah dan cepat mengadaptasi teknologi kelokalan. Atas nama nasionalisme, independensi, dan stabilitas ekonomi dan politik China. Dunia siber ala Tiongkok pun diarahkan untuk menjadi penguasa di negri sendiri. 

Tak heran China akan segera menguji coba bandwidth 5G, mobil otonom, dan aplikasi Artificial Intelligence. Di tahun 2017, pemerintah China menargetkan China mampu mengalahkan US dan menjadi pemimpin dalam Artificial Intelligence di tahun 2030.

Bahkan, Shenzen kini menjadi 'The New Silicon Valley' di Asia. Di Huaqiangbei Market, hampir semua smartphone, gadget dan barang elektronik bisa didapat. Dengan maker space yang tumbuh bak jamur. Dari pasar Huaqiangbei ini juga Huawei dan Foxconn menjadi produsen besar produk komunikasi dan elektronik terbesar di dunia.

Dimotori oleh Perdana Mentri PRC, Li Keqiang. Dimulailah gerakan mass entrepreneurship di bulan Maret 2015. Dan ia berkata China bisa memunculkan 12.000 entrepreneurship baru setiap hari. Sekitar 49 miliar USD digelontorkan pemerintah bersama venture capital Tiongkok sendiri waktu itu. Kedua terbesar setelah US.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun