Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal 7 Jenis Misinformasi, Dekontekstualisasi Konten

15 Desember 2018   23:22 Diperbarui: 15 Desember 2018   23:34 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Word Portrait oleh Hunter S. Thompson - Ilustrasi: fineartamerica.com

"During my service in the United States Congress, I took the initiative in creating the Internet. I took the initiative in moving forward a whole range of initiatives that have proven to be important to our country's economic growth and environmental protection, improvements in our educational system." Pernyataan Al-Gore dengan pewarta Wolf Blitzer dalam sebuah wawancara CNN tahun 1999.

Frasa in creating saya sengaja beri cetak tebal dan merah. Karena pada saat Al Gore menjabat Presiden US di tahun 1993-2001 dari partai Demokratik saat wawancara ini. Frasa in creating dibingkai dengan sinonim invented. Sama-sama berarti menciptakan. Namun ada konteks yang tidak sesuai pada padanan kata yang coba dimaksud Al Gore pada saat wawancara.

Berita viral menyebar cepat yang berisi kabar kalau Al Gore penemu internet. Banyak orang meragukan karena sudah faham bahwa penemu internet adalah Sir Tim Berners-Lee dan Mark Fischetti. Publik pun gusar dan digiring opininya bahwa Al Gore telah membohongi publik Amerika. Apalagi partai Republikan melihat hal ini sebagai sarana mengkritik pemerintahan waktu itu.

Namun sanggahan dari Robert Kahn dan Vinton Cerf yang juga dianggap pioneer internet membuat publik mengerti. Yang dimaksud Al Gore adalah ia tidak 'menciptakan' internet. Dalam konteks birokrasi dan administrasi pemerintahan, Al Gore-lah yang 'menciptakan' regulasi yang mendukung perkembangan internet waktu itu. Jelas pula maksud konteks statement Al Gore dalam transkrip wawancara yang utuh.

Dan mungkin kita sering menjumpai jenis misinformasi serupa di medsos atau grup chat kita. Jenis misinformasi ini adalah konten asli yang dibingkai keluar dari konteksnya. Baik itu memelintir pernyataan atau mengedit foto dan video, makna sesungguhnya diberikan konteks berbeda. Selain tersurat propaganda politis, tak jarang bias partisan juga nampak. Walau sisi jurnalismenya cenderung lemah.

Penuh Ketimpangan Bias

Membingkai sebuah makna ke dalam konteks berbeda tentu membutuhkan sedikit kreatifitas. Namun misinformasi ini dianggap penuh dengan bias politik dan preferensi suku, agama, atau ideologi. Bias perspektif ini sebenarnya bisa terlihat jelas dari mulai sumber berita, nuansa kalimat, sampai kosa kata yang digunakan. Dekontekstualisasi isi, pesan atau konten pun terjadi.

Dalam Fanspage Mafindo FAFHH, ditemukan pula model konten OOT (out of context) ini. Dengan hanya membaca headline beritanya tanpa mengamati lengkap isi video berita CNN soal pernyataan Menkumham Yasona Laoli. Sedang pernyataan asli mentri Yasona adalah tentang pemberian status WNI pada orang Filipina tanpa identitas yang sudah lama terakulturasi budaya lewat durasi dan perkawinan di Sulut.

Sebaran Konten Tidak Sesuai Konteks dari Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoaks di Facebook - Screenshot Dokumentasi Pribadi
Sebaran Konten Tidak Sesuai Konteks dari Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoaks di Facebook - Screenshot Dokumentasi Pribadi
Namun yang beredar adalah tujuan politis WNA ini diberikan status WNI dari berita ini. Melalui Facebook, kesan pemerintah berkuasa hendak menjadikan WNA memilih kembali rezim. Atau diplintir premis negara akan dikuasai asing juga ramai dalam kolom komentar. Bahkan di salah satu akun penyebar misinformasi ini, sudah dibagikan lebih dari 5.000 kali.

Bagi para pembaca judul, mungkin bisa jadi terjebak dalam misinformasi plintiran jenis ini. Bagi para pendukung Capres yang bersebrangan, tentu tanpa perlu memahami isi, judul berita sudah begitu timpang mendukung. Walau sebenarnya, bisa jadi judul berita dari CNN tadi hanya bertujuan mencari click. Dan tidak dipungkiri, kini portal berita media secara tidak langsung menginsinuasi polarisasi politik di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun