Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal 7 Jenis Misinformasi, Misrepresentasi Konten

14 Desember 2018   19:04 Diperbarui: 15 Desember 2018   06:24 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Orang London yang Berkostum Ala TimTeng di Sebuah Studio di London Guna Kepentingan 'Political Statement' oleh Roger Fenton tahun 1858 - Foto: npr.org

"Photograph furnishes evidence." Susan Sontag - On Photography 1977

Balada Merepresentasi Pesan

Berita bohong atau hoaks seolah mengancam eksistensi logika kita. Pola persebaran informasi one-to-many menyebabkan banyak pengaburan realitas yang terjadi. Sosial media dengan pola persebaran informasi personal dan real-time tak ayal sering menjadi alat pembuat gaduh logika. Sekilas, sebuah berita begitu meyakinkan. Namun setelah ditelaah dan diamati, kita pun terjebak dalam arus penyebaran misinformasi.

Begitupun representasi sebuah foto dalam sebuah informasi dapat amat menyesatkan. Di tahun 1935, Josef Goebbels sang mentri Propaganda Nazi mencari anak bayi yang sempurna. Bayi ini akan difoto dan dielukan sebagai bayi bangsa Arya yang paling sempurna. Maka ditemukanlah bayi perempuan bernama Hessy Levinson. Bayi Hessy pun langsung dinobatkan sebagai bayi Arya sempurna dan dijadikan cover majalah Nazi, Sonne in Haus di bulan Januari 1935.

Namun setelah diselidiki, Hessy Levinson ternyata berasal dari keluarga Yahudi. Sedang kaum Yahudi sendiri adalah ras yang dianggap inferior daripada kaum Arya yang diwakili Nazi. Keluarga Hessy tahu foto putrinya dijadikan sebagai contoh bayi Arya sempurna. Dalam ketakutan dan teror, keluarganya memilih untuk diam dan pindah ke US pada tahun 1949. 

Sebuah foto benar adanya mengaburkan bukti atau realitas yang terjadi menurut Susan Sontag. Dan jenis misinformasi dalam hal misrepresentasi konten dengan caption, foto bahkan video kini kian menjamur di dunia digital. Misrepresentasi konten umumnya mengaplikasikan jurnalisme yang lemah. Dan tak jarang didasari kepentingan finansial (klik/visit) dan politis (kampanye negatif/hitam).

Sensasi Misrepresentasi Isi

Misinformasi dalam representasi isi umumnya terjadi aktual demi klik, visit, followers, dan mungkin propaganda. Benar terjadi sebuah peristiwa tapi dengan representasi caption, foto, dan video yang jauh berbeda. Berbeda dengan misinformasi clickbait, keterangan berita/informasi umumnya tidak sensasional dan mengusik fikiran. Beberapa contoh misrepresentasi isi atau pesan sebuah informasi bisa dilihat dibawah.

Sebuah foto hiu yang sedang berenang di kala badai dan banjir Harvey di tahun 2017 membuat gaduh linimasa. Digambarkan dalam foto (dibawah), seseorang memfoto hiu ini dari dalam mobilnya. Lalu seorang jurnalis bernama Jason Michael @jeggit men-tweet foto ini dan mendapat ribuan RT dan like. Walau ternyata, foto ini berhasil di-debunk pengguna Twitter lain walau tak banyak RT atau like didapat.

Screenshot Misrepresentasi Foto dengan Buktinya - Ilustrasi: dailymail.co.uk
Screenshot Misrepresentasi Foto dengan Buktinya - Ilustrasi: dailymail.co.uk
Seperti dilansir dailymail.co.uk, banyak kejadian yang diabadikan via foto direpresentasi berbeda dan viral tersebar. Masih di badai Harvey tahun 2017, tersebar tweet foto April Mop dengan seekor buaya diam di samping sebuah mobil. Begitupun foto bandara Houston akibat badai yang digambarkan terendam. Padahal foto tadi adalah ilustrasi bandara La Guardia di New York jika terjadi perubahan iklim drastis di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun