Tak bisa dipungkiri, sosial media sudah menjadi kebutuhan primer manusia modern. Bahkan dalam bencana gempa, sosmed pun memainkan peran yang tidak kalah penting. Beberapa peran sosmed dalam musibah bencana gempa antara lain.
Pertama, menjadi post early warning system daerah terdampak bencana. Wajib kiranya kita mem-follow akun atau mengunduh aplikasi dari BMKG. Baik prakiraan cuaca, titik panas, dan gempa di seluruh Indonesia disebarkan real-time. Dalam hitungan menit, informasi valid bencana alam bisa dilihat.
Sosmed dari akun seperti BMKG menjadi post early warning. Karena akun ini akan mem-posting peristiwa bencana setelah terbaca parameter yang ada. Sehingga ancaman lain seperti tsunami, luncuran lahar, sampai arah hempasan debu vulkanik bisa diketahui. Sehingga kitapun wajib waspada dan mengambil langkah penyelematan yang diperlukan.
Kedua, menjadi media komunikasi (crowdsource) dengan daerah bencana. Walau kadang akses dan jaringan komunikasi terputus. Akses dari daerah pendukung/satelit menjadi vital. Hotline tanggap darurat gempa via Facebook, Twitter, Instagram atau bahkan SMS pun bisa dibuat disekitaran daerah penyangga ini.
Mobilitas penduduk yang terdampak tentu akan mencari daerah penyangga yang aman. Sebaliknya, tim SAR/relawan sekitar daerah gempa akan sigap mendatangi daerah terdampak. Hilir-mudik penyintas gempa dan regu penolong paska bencana akan menyediakan informasi tentang daerah terdampak. Sosmed bisa menjadi prioritas karena sifatnya yang public dan real-time.
Ketiga, kanal menyaring berita bohong dan faktual saat bencana alam. Tak dapat dipungkiri, berita bohong tentang bencana alam pun menjadi momok. Oknum-oknum tidak jahat ingin memanfaatkan situasi darurat demi modus ekonomi atau propaganda politis.
Namun dengan poin pertama dan kedua, filtrasi berita hoaks soal bencana bisa diminimalisasi. Selain informasi valid dari otoritas terkait atau laporan langsung penolong di lokasi bencana. Maka informasi tanpa sumber dan referensi bisa dianggap provokatif bahkan palsu. Dengan berfikir jernih, tidak panik bisa dilakukan saat membaca informasi bencana yang beredar di sosmed.
Sosmed menjadi pilihan beberapa instansi dan organisasi untuk mengumpulkan dana. Beberapa organisasi bertindak cepat memberi bantuan sandang, pangan dan papn. Beberapa organisasi bergerak bertahap guna pemulihan menyeluruh korban dan daerah terdampak gempa. Kita pun bisa memonitor via sosmed/situs instansi/organisasi tersebut. Sehingga peruntukan aliran dana kemanusiaan yang terkumpul menjadi transparan.
Kelima, menjadi media edukasi terkait mitigasi bencana. Sebagai daerah rawan bencana, pemerintah wajib mengedukasi penduduknya tentang kebencanaan. Sosmed, walau informasi cenderung pendek dan terbatas. Bisa menjadi pilihan kita memahami bencana alam.
Baik pada saat paska gempa ataupun sebelum gempa terjadi. Akun seperti BMKG akan menyuluh publik dengan sebaran potensi gempa di Indonesia. Dan kita sebaiknya memahami hal ini. Instansi pemerintah/organisasi yang peduli baiknya menyederhanakan informasi tentang meitigasi bencana via sosmed.