Disrupsi belajar via mode bimbel online pun tidak bisa dihindari. Sembari belajar satu mapel, bisa jadi siswa melihat chat, gim, bahkan situs lain. Pun bisa jadi, saat mengisi quiz online siswa mencari jawaban via Google. Disrupsi yang mungkin sangat minim bahkan tidak ada pada mode bimbel face-to-face.
Kiranya preposisi bimbel online akan mematikan bimbel face-to-face jangan dijadikan konsensus rivalitas. Saling melengkapi secara digital maupun non-digital bisa dilakuan. Misalnya bimbel online merangkul guru bimbel face-to-face untuk mengadakan workshop flipped classroom. Atau bimbel online menyajikan cara membuat video pengajaran guna ditonton siswa via YouTube.
Kiranya baik bimbel face-to-face atau bimbel online jangan memposisikan siswa hanya sekadar konsumen belaka. Memberi mereka pendidikan holistik menjadi tanggung jawab, baik bimbel face-to-face atau bimbel online. Menjadikan siswa yang tepat menjawab soal ujian sekolah/UN. Bukan berarti membuat mereka berjiwa kompetitif, empatik, Â dan simpatik secara sosial.
Salam,
Solo, 23 September 2018
09:40 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H