Hasil pengambilan nomor urut Pilpres 2019 telah dihelat baru saja. Jokowi-Maruf Amin akan menggunakan nomor urut 1. Sedang pasangan Prabowo-Sandiaga Uno mendapat nomor 2. Dan sepatutnya angka 3 itu kita dan dua pasangan Capres-Cawapres untuk Indonesia.
Karena yang akan muncul di linimasa soal nomor urut 1 dan 2 adalah candaan bahkan nyinyiran. Saat kontestasi untuk kedua pasangan pada Pilpres 2019 akan segera dihelat. Reduksi makna nomor urut 1 atau 2 akan menjadi pemaknaan sempit bahkan deregatorif.
Sebentar lagi linimasa sosmed akan penuh dengan 'canda' netizen atas nomor pasangan Pilpres 2019 1 dan 2. Akan ada yang memaknainya secara historis, pragmatis, etimologis, atau is-is yang lain. Dan umumnya kebiasaan ini dilakukan oleh suporter 'hardliners' masing-masing pasangan.
Dibumbui senggol dengan tagar atau mention akun. Cecandaan memaknai nomor 1 dan 2 akan diikuti twit war alias peperangan julidnya jemari netizen. Akan ada yang tersinggung lalu membuat posting, meme atau blog yang mengejek.
Dan kadang konten kritik dengan dasar emosi konflik sosmed ini bukan lagi soal nomor. Isunya akan kemana-kemana, meruang. Mulai dari persinggungan ideologi, ekonomi, sampai urusan keluarga masing-masing capres menjadi bahan perdebatan.
Sayangnya, akan muncul gorengan isu SARA yang sama sekali jauh dari mempertentangkan nomor urut nantinya. Karena toh isu ini sudah lama digoreng dan akhirnya mengakar dalam kebencian antar pendukung garis keras. Konflik dunia sosmed gegara Pilpres akan dan terus terjadi.Â
Bahkan nyatanya seusai Pilpres 2014 kemarin gesekan menginsinuasi konflik masih sering terjadi. Isu sensitif seperti agama dan ras masihmenjadi komoditas berita bodong dan ujaran kebencian di linimasa. Kadang, sampai menjalar ke konflik horizontal di tengan masyarakat.
Mungkin sudah saatnya mencoba menghitung 1, 2, dan 3. Saat 1 dan 2 sudah dimiliki kedua pasang calon pemimpin negri ini. Maka kita adalah nomor 3 yang mendukung 1 dan 2 untuk Indonesia.
Karena kitalah yang menentukan nasib bangsa dengan memilih nomo 1 atau 2. Kedua pasangan adalah orang baik dan peduli bangsa. Dan jika kitapun peduli pada bangsa ini. Maka berbuatlah bijak dan sehat pada Pilpres 2019 nanti. Baik itu di dunia maya atau dunia nyata.
Bukankah kedua pihak sudah lelah saling mencari cela satu sama lain. Alih-alih terus mengorek borok masing-masing. Bukankah damai dan harmonis untuk saling melengkapi. Karena konflik tidak akan pernah usai saat satu sama lain saling ngotot paling benar.
Karena yang paling benar menurut akal dan nurani sehat adalah bersatu dalam segala cela kita untuk Indonesia. Untuk kita sebagai penduduk negri ini, saat ini. Dan untuk generasi masa depan, anak dan cucu kita nanti. Siapa yang mau melihat konflik ini diwariskan ke generasi bangsa berikutnya?