Saya membayangkan gamelan suatu saat hanya orang asing yang bisa memainkan. Tidak sekadar menabuhnya, tetapi mengkaji, mempresentasi, dan mempustakakan atas nama mereka. Bangsa Indonesia mungkin masih menabuh gamelan. Namun hanya sekadar pengiring pagelaran kebudayaan. Tidak mendalam memaknai gamelan itu sesungguhnya.
Setidaknya ada rasa bangga dan khawatir seusai International Gamelan Festival berakhir. Saya yang menjadi bagian kepanitiaan, melihat orang asing nembang, nabuh, sekaligus mengkaji gamelan merasa malu. Orang asing ini tidak hanya kaum tua. Tetapi kaum muda seperti dari Inggris, Malaysia, dan Amerika Serikat.Â
Mengapa sedikit kaum muda kita saat ini peduli dengan gamelan? Mungkinkah karena instrumen Barat yang menjadi mainstream musikalitas kita? Atau memang bagian pendidikan kita yang bobot kebudayaannya masih kurang?
Sedang menurut Prof. Sardono W. Kusumo sebagai seniman, akademisi, dan penggiat budaya Jawa, IGF sendiri sudah dihelat sekitar tahun 1980-an. Dan event ini diadakan bukan di dalam negri, tetapi di Kanada. Setelah event tadi, berkat jerih payah dan ketertarikan Prof. Jody Diamond pada tahun 1981 didirikanlah American Gamelan Institute.Â
Para maestro gamelan seperti Prof. Sumarsampun akhirnya diminta mengajar tentang gamelan. Bukan di dalam negri, tapi di Wesleyan University di Connecticut, AS. Sedang Prof. Rahayu Supanggah sebagai rektor Institut Seni Indonesia, Surakarta tetap menjadi panutan di dunia akademis dan komponis gamelan dunia.
Pun demikian, para penampil negri sendiri pun tiadk kalah pamor pada gelaran IGF 2018. Gamelan Orkestra Nusantara arahan Rahayu Supanggah membuat decak kagum kita pada seni Jawa dengan gamelannya. Budayawan Djaduk Feriyanto dengan Kuaetnika pun menyuguhkan pertunjukan 'hybrid' gamelan dan instrumen musik Barat yang harmonis.Â
Gelaran IGF 2018 di Solo yang baru saja berakhir patutnya menjadi cermin untuk generasi saat ini. Betapa gamelan sudah diapresiasi dan dilantunkan tiada henti di negri orang. Sedang di negri sendiri, gamelan hanya sekadar musik pengiring di sayu dan sepi pagelaran budaya tradisional. Intinya, gamelan jangan pergi.Â
Artikel tentang IGF 2018 lainnya:
Salam,