Preferensi agama, politik, dan ideologi menjadi data algoritma. Saat pihak yang tahu dan faham memanfaatkannya, keuntungan didapat. Tak heran Trump bisa memanfaatkan sosmed dengan filter bubble demi tampuk pimpinan tertinggi di US.Â
Di sisi lain, rakyat Iran pun berhasil menggulingkan Hossein Mousavi via Twitter. Pun, munculnya skandal seperti Cambridge Analytica pun masih menjadi ancaman laten netizen.
Kemerdekaan dunia maya adalah ilusi yang begitu menggembirakan untuk kita. Kemerdekaan yang dirasa adalah penjara eksploitasi data diri, filter bubble, dan distorsi kepentingan si pandai internet. Tinggal bagaimana sebagai netizen kita mau peduli dan Paham atau tidak. Karena kebanyakan begitu hanyut dalam kemerdekaan semu dunia maya.
Literasi digital menjadi jawab solutif memahami hakikat kebebasan ala internet. Dan sudahkah Indonesia memahami pentingnya literasi ini? Jika hanya sekadar wacana tanpa tindak nyata dalam edukasi, nihil yang akan didapat.
Salam,
Solo, 17 Agustus 2018
01:01 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H