International Gamelan Festival 2018 (IGF 2018) akan segera semarak dihelat di Solo, Jateng. Para pakar gamelan dari sisi akademis siap menjabarkan sejarah, musikalitas, dan dialektika gamelan. Para praktisi gamelan pun siap menyemarakkan dengan merdu dan dinamisnya gamelan. Dari kalangan pembelajar sudah siap melantunkan nada indah gamelan.
Dan kini saatnya kita turut menyemarakkan gelaran festival gamelan internasional pertama di dunia. Berikut beberapa alasannya:
Pertama, partisipasi dalam IGF 2018 sebagai bentuk cinta tanah air. Mencintai warisan nusantara, seperti gamelan adalah kewajiban kita. Jangan sampai kalau sudah diklaim negara lain, baru kita koar-koar. IGF 2018 adalah bentuk penegasan dan pengukuhan kepada dunia, gamelan adalah milik Indonesia.Â
Dan kita patut bangga juga jika ada grup gamelan bule yang memainkan gamelan. Di IGF 2018 yang digelar 9-16 Agustus 2018, akan ada penampil gamelan dari Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Malaysia. Ditambah puluhan penampil gamelan dalam negri yang tak kalah kreatif. Penampil dari Padang, Banjar, sampai Flores akan semakin mewarnai IGF 2018.
Kedua, IGF 2018 sebagai arena pemersatu perbedaan kita. Kita sejatinya sudah cukup jengah dengan gontok-gontokan tokoh bangsa. Perbedaan pandangan politik, agama, dan etnis sudah terlalu pening kita saksikan. Di IGF 2018 kita tunjukkan bahwa sejatinya persatuan dalam harmoni gamelan lebih membahagiakan sekaligus membanggakan.
Kita wajib mengambil pelajaran dari ensemble gamelan. Menabuh bermacam instrumen dalam satu ensemble gamelan adalah perkara harmonisasi perbedaan. Dengan tempo dan pakem yang telah dibuat, lantunan harmonis dibuat. Begitupun dengan kita bangsa Indonesia yang berbeda secara kasat mata. Tetapi sepatutnya harmonis sebagai satu bangsa, NKRI.
Ketiga, IGF 2018 menjadi media pembelajaran. Harus diakui, mungkin kita tahu gamelan hanya sekadar nama instrumen. Kita tidak tahu apa itu slenthrem, kenong, atau saron. Bahkan sejarah, dialektika dan dampak sosbud gamelan pada dinamika masyarakat kita pun tidak pernah terfikir. Namun semua itu ada di IGF 2018.
Gamelan tidak sekadar dilantunkan di IGF 2018 nanti. Akan banyak cendekiawan dalam dan luar negri membahasnya beberapa panel konferensi. Di sisi budaya pun, mulai dari pameran foto, pemutaran film, sampai kentroeng rock on roll akan dipentas. Dan dijamin selama seminggu IGF digelar, kita akan semakin pintar. Bukan hanya soal gamelan, tapi budaya yang menjadi landasan nasionalisme kita.
Menyemarakkan IGF 2018 pun menjadi sumbangsih kita menyambut HUT RI ke-73. Karena sejatinya perjuangan pahlawan kita memberikan kita momen seperti IGF. Dan inilah waktu kita untuk mengapresiasi perjuangan mereka. Dengan menengok dan mencintai instrumen dan musik tradisional negri sendiri. Dan gamelan salah satunya.
Kelima, ikutlah IGF 2018 untuk menjadi bagian dari sejarah baru. IGF sudah pertama kali digelar di tahun 2017. Tapi tidak di Indonesia. Tepatnya di kota London dan Glasgow. Dan tak salah jika IGF 2018 di Solo mengambil tagline "Homecoming" alias pulang kampung. Solo dipilih sebagai tuan rumah karena corak budaya Jawa yang masih kental. Dan gamelan bukan hal asing di telinga dan tangan wong Solo.