Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengenal "Web Literacy", Bagian dari Literasi Digital yang Belum Diterapkan di Indonesia

23 Juli 2018   13:42 Diperbarui: 24 Juli 2018   08:24 2375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asalkan seorang anak sudah tahu alfabet dan membaca satu/dua kata. Dan berikan si anak smartphone. Mungkin ia sudah bisa Googling sendiri apa yang ia belum/ingin tahu. 

Tak bisa diingkari lagi, mencari dengan search engine kini menjadi soft skill para milenials. Berbeda dengan orangtua dulu yang bergantung pada informasi koran dan televisi. Tidak sekadar melalui situs, anak sekarang menjadikan sosmed sebagai sumber informasi. Dan sayangnya, hal ini belum sama sekali dibahas di bangku sekolah mereka.

Berbahayakah atau bermanfaatkah kemampuan meng-Google seorang anak? Sedang kini pola pendidikan kita tidak menyertakan Web Literacy (WebLit) dalam kurikulumnya. Mungkin bagi kita orang dewasa pun, kadang khilaf dan tersesat di internet. 

Mari kita cari tahu apa itu WebLit dan manfaatnya bagi konteks Indonesia.

WebLit adalah konsep yang membahas dan mengurai skills users dalam web/situs internet. Ada 2 tujuan WebLit antara lain: 1) mendorong pendidik dan pemerintah mendapatkan manfaat dan mengembangkan internet, dan 2) menciptakan iklim web yang kondusif dan bersifat terbuka untuk semua. (AM Chung, 2013).

Literasi tentu berkaitan dengan skill atau kecakapan yang ingin diraih. Komponen skills WebLit ada 3 jenis yang ingin dilatih dengan dasar kompetensi 21st Century Skills . Dengan tiap-tiap skill memiliki 4 sampai 5 sub-skills. Dalam diagram dibawah dirangkum WebLit secara umum.

Koleksi pribadi
Koleksi pribadi
Definisi 3 Skills WebLit yaitu:
  1. Write (Menulis): Menyusun/membuat teks/konten di sebuah web menjadi cara membuat makna. Sebuah web memiliki hyperlink dan media yang dapat diasimilasi dalam sebuah teks/konten. Pada tingkat lanjut, users dapat mengasimilasi banyak konten dan mengkode.
  2. Read (Membaca): Menelusuri dan bernavigasi dalam web menjadi skill penting users. Users dapat memahami web mechanic seperti membedakan nama, alamat web, dan infrastruktur sebuah web. Users pun diharapkan bisa membedakan konten yang valid dan bermanfaat.
  3. Participate (Berpartisipasi): Sesama users membangun, berbagi, dan menjaga konten daring bermanfaat. Membuat, menyebarkan, dan menghubungkan konten harus disertai pemahaman konten, keamanan daring, dan identitas. Menjaga privasi dan memahami scam juga dibutuhkan users.

Sedang sub-skills dari tiap skill diatas diringkas dalam Tabel berikut. File doc dapat diunduh disini.

Tabel Skill WebLit dengan Contoh Implementasi| Koleksi pribadi
Tabel Skill WebLit dengan Contoh Implementasi| Koleksi pribadi
Dalam praktiknya, semua skill bisa diaplikasi dalam beragam platform. Baik itu daring atau luring. Seperti berbagi dengan cloud storage seperti Googe Drive untuk lalu diedit bersama dengan file dibagi via USB flash. Adalah kreativitas guru/users untuk memanfaatkan media yang ada tanpa tergantung app berbayar/mahal.

Dalam konteks sehari-hari kita sebenarnya secara tidak sadar sudah melek web. Kita sudah terbiasa mencari sumber daring dengan keyword tanpa perlu mengetik keseluruhan kalimat. Kita pun mudah mencari berita/info terbaru dengan fitur tagar (#) via sosmed. Namun tentunya, bukankah lebih baik literasi kita pada web dipelajari dan dirangkum ke dalam kurikulum.

WebLit sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Sayang jika literasi ini tidak menjadi pelengkap literasi digital. Baik untuk generasi dulu, saat ini, maupun masa depan. Literasi digital yang seharusnya sudah menjadi bagian pendidikan, di Indonesia masih belum tersentuh. Dan ada baiknya, kita segera memahaminya dengan berlimpahnya sumber daring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun