Dan yang lebih menyebalkan dari penyebar hoaks adalah melabeli fakta dengan teori konspirasi. Hal ini menjadi penyangkalan terakhir sebuah komunitas yang menyebar hoaks. Karena berita bohong tentunya diciptakan orang yang lebih pintar dari yang mempercayainya. Jika fakta menyangkal hoaks, teori konspirasi akan memperkokoh keyakinan berita ngibul.
Menurut riset tahun 2017 di Uni Eropa, disinformasi atau berita bohong sudah mengancam demokrasi. Sekitar 80% (26.500 orang) responden dari 28 negara Uni Eropa percaya berita hoaks dapat memecah belah publik. Bagaimana dengan orang Indonesia? Di mana berita hoaks menjadi konsumsi sehari-hari via sosmed. Di mana sulitnya men-debunk hoaks. Sudahkah kita perduli?
Jika membenarkan hoaks itu berat, setidaknya jangan menyebarkannya.
Referensi: businessinsider.com | debunkinghadbook.com | euronews.com
Salam,
Solo, 4 Mei 2018
09:25 pm