Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Bahagia Kekinian Dilegitimasi Media Sosial

21 Maret 2016   14:00 Diperbarui: 27 Mei 2019   11:10 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Happiness - Ilustrasi: macleans.ca

Bahagia memang boleh dibagi. Namun tidak untuk diobral. Ada kegugupan rasa akan rasa bahagia jika banyak orang yang tahu. Perdulikah mereka? Banggakah mereka? Penasarankah mereka? 

Rasa bahagia tidak untuk dibalut keresahan yang begitu inklandestin. Sampai legitimasi salah kaprah ini menjadi shared-ground di era kekinian.Saat banyak keresahan ini berkumpul di satu media bernama medsos, legitimasi bahagia ini bukan menjadi masalah. 

Epidemi penjangkitan bahagia berbalut keresahan ini pun begitu halus masuk ke kepala. Akhirnya, mereka sebut ini trend. Kalau tidak ikut trend, bisa-bisa dianggap katrok. Legitimasi berbahagia ala kekinian pun menjangkiti.

Salam,

Solo, 21 Maret 2016

02:00 pm 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun