[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="photo: i.telegraph.co.uk"][/caption] Fenomema penindasan minoritas Muslim kembali terulang di dunia internasional. Komunitas Uighur di Xinjiang mendapat intimidasi dan pemaksaan kehendak dari otoritas setempat. Mereka diminta makan atau minum seperti biasa di bulan Ramadhan. Paranoia pemerintah China terhadap minoritas muslim yang berstereotipe 'terorisme' menjadi alasan utama. Lebih lagi, muslim Uighur dituduh akan memberangus etnis Han Menurut juru bicara World Uighur Congress, Dilxadi Rexiti, para pejabat pemerintah berulang kali masuk ke rumah-rumah warga Uighur untuk memaksa mereka makan dan minum pada siang hari di bulan Ramadan. Pegawai pemerintah, dosen dan mahasiswa juga didenda jika berpuasa. Menurut laporan tahunan USCIRF, banyak Muslim Uighur dipenjara karena terlibat dalam kegiatan keagamaan. "Diluncurkan atas nama stabilitas dan keamanan, Beijing melakukan penindasan terstruktur terhadap Muslim Uighur, termasuk penargetan pertemuan pribadi yang damai untuk studi agama dan ibadah," kata Katrina Lantos Swett, ketua Komisi AS tentang Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF), seperti dikutip oleh The Muslim Village pada Senin. Pengawasan ketat Cina atas Uighur, kata ahli lain, hanya akan membawa Cina memasuki "lingkaran setan" yang hanya menciptakan lebih banyak kebencian. Langkah-langkah ini benar-benar mengancam gejolak yang berpotensi pecah sewaktu-waktu baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. "Cina bisa meledak di mana saja, tapi Xinjiang berada di barisan depan," kata Kerry Brown, direktur Pusat Studi Cina di Universitas Sydney. Source: Tempo.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H