Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SBY Pernah Diserang Ilmu Hitam

18 Januari 2014   14:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: takingovertheuniverse.net)

[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="(ilustrasi: takingovertheuniverse.net)"][/caption] Guna-guna, pelet, santet atau tenung (teluh) menjadi fenomena sosio-magis dalam masyrakat Indonesia. Nampaknya keyakinan ini telah sedemikian kuat. Sehingga dari generasi ke generasi, masyarakat akan tetap percaya hal-hal klenik. Atas dasar cerita word of mouth dan kabar burung, kepercayaan akan klenik sangat kuat di kalangan rural. Jarang kiranya kaum urban percaya hal-hal berbau klenik. Selain dianggap kuno, kaum urban akan cenderung mendasarkan semua atas peristiwa empiris. Semua harus bersandar pada logika indra dan fikir. Dan, sisi klenik seperti teluh, santet, guna-guna dan semacamnya juga menjadi semacam 'pegangan' untuk para pemimpin di Indonesia. Mulai dari lurah sampai tingkat Presiden pun tak lepas dari rumor berbau klenik. Mulai dari tongkat Presiden pertama, Soekarno yang dipercayai memiliki kekuatan magis. Sampai kekuatan magis almarhumah Ibu Tien yang diyakini 'menjaga' kelanggengan rezim Soeharto dulu. Rumor klenik tak lepas dari para pemimpin negri ini. Sah-sah saja memang jika publik atau para pemimpin mempercayai hal ini. Dan inilah yang kiranya yang ingin diceritakan Susilo Bambang Yudhyono (SBY) dalam buku barunya Selalu Ada Pilihan. Dalm bukunya, insiden 'black magic' ini diceritakan SBY. Berikut petikannya, seperti dirangkum di TheJakartaPost.com. Pada suatu hari minggu sebelum Pemilu tahun 2009, istri beliau (Ani Yuhoyono) sedang membaca di ruang tamu. Sedang SBY sendiri sedang sibuk di ruang perpustakaannya. "Tiba-tiba, istri saya berteriak dan memanggil nama saya. Lalu saya berlari ke ruang tamu. Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata ada seperti awan hitam tebal melayang-layang di langit-langit yang hendak memasuki kamar tidur." tulis Yudhoyono. "Lalu saya meminta semua yang ada untuk berdoa meminta pertolongan Allah. Saya tutup pintu menuju kamar tidur saya. Dan membiarkan pintu ruangan lainnya terbuka. Awan hitam tadi ternyata menuju keluar rumah saya." "Alhamdulillah. Puji Tuhan. Keluarga saya aman. Insiden ini sangat mirip dengan cuplikan film horor yang ada. Namun bedanya, ini terjadi nyata. Kejadian itu adalah fakta," seperti dikutip dari bab dalam buku barunya berjudul "Ancaman pada presiden sudah mencapai level pada tindak pembunuhan ". Yudhoyono berkata bahwa ada kejadian-kejadian lain yang tidak dapat dije;askan secara logis. Namun ia lebih memilih menutupnya ke publik. (berita: thejakartapost.com) Awan hitam ini juga ditemui di KPK saat penahanan Atut dulu. Sebuah pola pelemahan mental pemimpin KPK. Ataupun ini adalah cara memusnahkan pesaing. Dan Permadi, sang 'paranormal legislatif' telah berhasil 'membersihkan' KPK dari awan hitam santet ini. "Enggak perlu takut. Saya sudah membersihkan KPK. Saya dan Eyang Subur sudah bekerja," kata Permadi di kantor KPK, Jakarta, Selasa (17/12/2013). Diakui Permadi, memang di Gedung Pemberhangus Korupsi ini kerap terjadi hal-hal yang gaib. Bahkan ilmu hitam atau kiriman santet, menurut Permadi sering masuk ke markas Abraham Samad Cs tersebut. "Kami datang ke sini ternyata para penjaga mengucapkan terimakasih. Karena KPK kalau malam ada bola api masuk, ada awan hitam masuk. Saya bersama Eyang Subur membersihkan. Dan sekarang sudah mulai berkurang," kata Permadi. (berita: tribunnews.com) Adakah indikasi bahwa pemimpin Indonesia harus kebal ilmu hitam? Adakah perlunya mereka menyimpan semacam 'jimat' demi keamanan? Ataukah dengan terus mendekatkan diri kehadirat Pencipta semesta. Sehingga dapat dijauhkan dari hal-hal demikian. Dan semua kembali kepada kadar percaya seseorang pada hal-hal klenik. Apakah percaya atau tidak, namun inilah yang dianggap eksis ditengah-tengah masyarakat. Dan media pun mengekspos. Selain sebagai daya tarik berita, juga menjadi kontroversi. Para kaum logis mungkin akan mengeryitkan dahi dan memilih tidak membaca. Sedang bagi mereka yang percaya-ga-percaya, iseng iseng membaca. Salam, Solo 18 Januari 2014 01:59 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun