Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ya Tuhan, Sampai Kapan Mereka Berjoget? #YKS

19 Maret 2014   06:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="466" caption="(ilustrasi: Dance With The Dead by Ernst Ludwig Kirchner-1926; wikipaintings.org)"][/caption] Acara yang selalu dipenuhi ratusan penonton yang haus five-minute fame dan uang di TransTV ini seperti tidak pernah lepas dari sorotan. Acara yang dahulu bernama Yuuk Kita Sahur, kini bertransformasi menjadi Yuuk Keep Smile (YKS). Acara yang tadinya 'menghibur' umat Muslim dalam bersahur, kini muncul tiap malam. Mulai dari selepas Isya sampai kadang menjelang pergantian hari, baik host maupun para penonton YKS seperti tiada lelah. Tertawa lepas atas kekonyolan para host keroyokan atau berjoget gaya Caesar atau beragam modifikasinya seperti menyiratkan, betapa jiwa-jiwa mereka tidak pernah lelah atau sedih. Segala banyolan yang cenderung konyol dan 'lucu' pada taraf yang sangat primitif, selalu dijadikan rujukan utama. Para host sepertinya 'kreatif'. Yang terutama dalam hal mencaci-maki kekurangan orang atau berbuat semaunya sendiri. YKS seperti acara yang benar-benar impromptu. Tidak ada aturan atau alur yang jelas. Asal bisa ngebanyol atau bisa joget plus membacakan kuis bodoh-bodohan, jadilah host-host yang lucu. Topeng monyet yang di kampung saya saja ada skenario pementasan si monyet. Tapi menonton YKS seperti menonton sebuah obrolan orang-orang tidak ada kerjaan yang sedang mengobrol ngidul-ngalor di pinggir jalan, sambil mengomentari pedati yang lewat. Para penonton YKS seperti tida pernah habis atau bosen. Para penonton yang memang sengaja didatangkan, dengan biaya sponsor oleh para crew, seperti dijadikan ayam sabungan. Yang ahli joget dan konyol-konyolan dengan tingkah laku dan pakaian yang norak, ditimpali uang. Seperti menjudikan martabat orang serupa ayam aduan. Penonton pun seperti terhipnotis dengan iming-iming uang dan five-minutes fame. Asal bisa nongol di TV dan joget segila-gilanya tanpa lelah dan kenal waktu, tidak ada yang mereka perdulikan. Ada pula yang mencoba peruntungan dengan datang jauh-jauh dari satu tempat, memelas, tua, dan renta untuk kemudian diberikan 'sedekah.' Seperti sebuah konspirasi crew memainkan drama dan perasaan penonton. Saat mereka meringkih memohon 'sedekah', para crew dan sponsor tertawa lepas melihat rating tinggi. Semua demi penjualan produk dan dapur ngebul kebal-kebul para crew. Hampir satu tahun YKS eksis dengan noraknya di prime time. Di saat keluarga berkumpul di depan TV. Saat fikiran publik haus akan hiburan. Saat hati publik ingin senang menonton hiburan di televisi. Seperti digantikan sampah yang dari hari ke hari di sajikan. Pihak TransTV seperti bergembira dan senang. Selama pihak sponsor mau membayar dan ada host yang mungkin rela mati sambil berjoget. Semua akan fine-fine saja. Selama itu pun crew rela membungkam kata hati mereka. Mereka tahu dan sadar pasti YKS ini hampa akan pesan dan isu moral. Buka tontonan yang baik. Peduli setan, asal bonus dan komisi didapat biarkan saja acara sampah ini dikonsumsi publik. Saya pun hanya bisa berdoa. Tuhan, sampai kapan mereka berhenti berjoget? Salam, Solo 18 Maret 2014 11:11 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun