Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Mahasiswa Aktivis Kuliahnya Kembang Kempis

21 Maret 2014   18:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:39 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: mikafip.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="(ilustrasi: mikafip.com)"][/caption] Suasana Pemilwa (Pemilu Mahasiswa) di kampus terasa sepi dan hambar. Dari mulai jumlah mahasiswa yang menyaksikan orasi visi-misi yang minim, sampai antusiasme pihak kampus yang turut meredupkan membuat Pemilwa hanya ajang bergengsi para aktivis. Dan yang namanya mahasiswa aktivis itu sedikit dan tidak banyak. Mereka adalah mahasiswa yang non-mainstream dan lebih senang nongkrong di kantor UKM mereka daripada di kantin. Mereka berideologi prinsipil dan biasanya kritis dalam berbicara dan bertindak. Selalu apatis dan skeptis terhadap kebijakan pemerintah sampai dengan pejabat kampus. Para mahasiswa aktivis ini memang berbeda. Baik penampilan dan perilaku. Mereka bisa dengan mudah dibedakan di dalam kelas. Mahasiswa aktivis ini kadang bertanya dan aktf terlibat dalam kelas. Namun sayangnya, aktifitas kuliah mereka kembang-kempis. Kadang mereka hadir, kadang tidak. Pernah saya temui seorang mahasiswa aktivis di kelas saya yang tidak pernah masuk sama sekali. Bahkan hingga menjelang ujian akhir semester. Entah karena kesibukan di organisasi tempat mereka bergabung atau memikirkan perpolitikan negara ini. Para mahasiswa aktivis ini seperti tidak perduli dengan prioritas utama mereka, studi. Sebuah prioritas utama yang sejatinya orangtua mereka amanahkan untuk mereka. Amanah yang seharusnya dijadikan prioritas utama dalam skala prioritas mereka saat ini. Toh nanti setelah lulus, mereka bisa lebih mengeksplor sisi organisatoris mereka. Entah menjadi pengurus parpol atau pihak oposisi dalam kebijakan penguasa, itu malah lebih baik. Tidak ada yang melarang atau membatasi mahasiswa berorganisasi dan berpolitik. Pihak kampus beserta jajaran dosen sangat welcome jika mahasiswa aktif dalam organisasi dan berguna untuk lingkungan sekitarnya. Hanya mahasiswa aktivis saja yang kadang tidak memiliki batasan sendiri. Mereka kadang kebablasan jatuh cinta pada ideologi ke-kirian atau cinta pada alam, sampai batasan sewajarnya itu hilang. Ada teman saya satu angkatan yang sampai sekarang masih kuliah aktif. Ia sangat sibuk dan seperti hanyut dalam pagelaran drama dan kerja seninya. Sampai prioritas studi terbengkalai. Batasan aktif berorganisasi ia lompati, sehingga ia terhanyut di dalamnya. Saya pun berorganisasi sampai saat ini. Namun semua kembali kepada positioning prioritas yang ada. Ada kalanya kita butuh berbaur dan mencapa satu visi-misi bersama. Namun prioritas utama, bagi saya bekerja dan membangun keluarga, tetap tidak terabaikan. Saya kurang sreg pemahaman dua prioritas bisa berjalan bersamaan atau paralel. Menurut saya, lebih tepat menyesuaikan konteks dan waktu. Saat berorganisasi, curahkan seluruh kemapuan kita. Dan pula saat berkumpul dengan keluarga, curahkan juga hati dan raga untuk anggota keluarga. Sangat disayangkan jika mahasiswa aktivis malah menjadi mahasiswa abadi. Selalu saya ingatkan kepada mahasiswa. Semua kembali kepada salah satu lirik lagu Peterpan, '...tak ada yang abadi, tak ada yang abadi..' Bahkan untuk mahasswa. Studi adalah prioritas utama saat ini. Kejarlah dan perjuangkan IPK sebaik mungkin. Nilai IPK yang tinggi dan kehadiran yang rutin dan memadai bagi mahasiswa aktivis, menjadi sebuah pamor untuknya. Ia akan disegani oleh teman dan mahasiswa lainnya. Kepandaian akademis yang disandingkan dengan keahlian berorganisasi akan menjadikan mahasiswa aktivis terlihat elegan. Sebagai individu dewasa yang bebas berfikir dan berpendapat, mahasiswa aktivis plus baik secara akademis adalah harapan bersama. Mereka yang kembang kempis dalam berorganisasi, adalah mereka yang terlalu hanyut dan senang belaka atas prioritas yang bukan utama. Untuk saat ini, saat masih memiliki Kartu Tanda Mahasiswa (aktif), studi adalah prioritas utama. Dan seiring jalannya studi, positioning prioritas sesuai konteks waktu dan tempat juga perlu dilakukan. Semua memang butuh waktu dan latihan, namun tidak ada alasan untuk tidak memulai. Salam, Solo, 21 Maret 2014 11:38 am

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun