[caption id="" align="aligncenter" width="318" caption="(foto: merdeka.com)"][/caption] Sebagai seorang politisi 'jenius' menurut Jimly Asshidiqie, Muhaimin Iskandar memang lihai. Sejauh karirnya menjadi Menakertrans, belum ada aral beban kasus korupsi yang menjerat. Dan karirnya melejit sampai langit nampak kala menjelang Pilpres kemarin bermanuver rada edan. Dengan sigap dan cekatan, Cak Imin langsung mendeklarasikan Rhoma Irama, Mahfud M.D, dan Jusuf Kalla sebagai Capres dari PKB. Walau ketiga kandidat Capres di atas harus menelan kecewa. Dan tentu, yang paling sakit hati adalah Rhoma Irama yang terlanjur digiring angin surga ala Cak Imin menjadi Capres. Dan demi mencari 'aman', dengan cekatan bak kancil PKB ala Cak Imin langsung berkongsi dengan koalisi Jokowi-JK. Oya, belum lagi manuver mendapuk Rusdi Kirana, mantan bos LionAir menjadi Waketum PKB. Posisi didapat katanya dengan proses instan alias mahar. Dengan rekam jejak karir politik Cak Imin, nampaknya para kyai NU sudah jengah. Model politik praktis dan pragmatis demi menjaga posisi di pemerintahan, PKB ala Cak Imin dianggap menodai AD-ART NU tahun 2002 lalu. Dimana, di situ dijelaskan bahwa visi PKB adalah visi Nahdatul Ulama. Sehingga semua yang dilakukan dan dipraktikkan secara politis oleh PKB harus selalu mengacu pada visi kaum Nahdiyin. Dalam hal ini pertimbangan Dewan Syura yang diwakili para kyai Syuriah. Dan kaum Nahdiyin merasa kecewa dengan gaya kepemimpinan Cak Imin yang dianggap melenceng dari qoidah kaum Nahdiyin.
Rois Syuriah PWNU Jatim, KH Miftahul Achyar mengatakan, PWNU mendapat laporan dari sejumlah Kiai yang menjadi pengurus Dewan Syuro PKB. Baik di Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) maupun di Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Mereka mengaku kecewa dengan gaya kepemimpinan Cak Imin dalam memimpin PKB, partai yang didirikan dan dilahirkan NU.
"PKB sering melenceng dan tidak sejalan dengan NU. Inilah yang harus diperbaiki agar PKB kembali ke nilai-nilai NU," tegasnya, Minggu (24/8/2014). (berita: tribunnews.com)
Berbeda dengan gaya dan kultur Nahdiyin ala Mahfud M.D yang lahir dan besar di kultur Nahdiyin. Mahfud M.D setelah deklarasi menjadi Capres dari PKB, langsung mendekati para pimpinan Ponpes NU. Gaya sowan dan silaturahim Mahfud M.D meninggikan dan menjaga nilai-nilai Nahdiyin. Dengan restu banyak sekali kyai khos dari NU, sebenarnya Mahfud M.D bisa saja maju menjadi Capres. Namun, dikalahkan ego Cak Imin dan balas budinya pada Rhoma Irama. Jatuhnya, semua manuver ini gagal total. (Selengkapnya di artikel saya Mahfud M.D Menggalang Suara NU, Menghadang Ambisi Cak Imin). Berbeda dengan Cak Imin yang cenderung menjadikan para kyai NU simbol semata. Cak Imin sebagai keponakan Gus Dur faham benar akan konsep sami'na wa ato'na kaum Nahdiyin pada kyai mereka. Memasang besar-besar foto kyai pada billboard, bahkan foto almarhum Gus Dur guna meraih simpati adalah jalan utamanya. Walau keuarga Gus Dur sendiri sudah mewanti-wanti Cak Imin untuk tidak memasang sosok Gus Dur dalam kampanye. Namun tetap saja Cak Imin ngeyel dan bebal. Lebih lagi kepada para kyai Nahdiyin. Banyak kyai yang merasa 'dibodohi' dengan gaya meraih simpati PKB ala Cak Imin ini.
"Mereka (para Kiai) sambat (mengeluh, Jawa), DPP sudah meninggalkan fungsi kiai di Dewan Syura. Inilah yang harus diluruskan, karena bagaimanapun juga PKB dilahirkan oleh para Kiai NU," tandas Kiai Sepuh ini.
Padahal untuk memperoleh suara dan mendongkrak perolehan suara dalam Pemilu, para petinggi PKB tidak bisa dilepaskan dari peran penting para kiai. Bahkan tak jarang, gambar para Kiai di Dewan Syura dipasang di spanduk agar memperoleh dukungan kepada warga Nahdliyin. (berita: tribunnews.com)
Dan akhir Agustus nanti, tepat saat Muktamar PKB di Surabaya para kyai mungkin kompak akan menyentil Cak Imin. Bisa menyentil untuk kembali mengingatkan kesalahan yang sudah terjadi. Mencoba mengingatkan kembali atas qoidah dasar PKB yang mulai Cak Imin pudarkan. Atau, menyentil dengan arti mendepak Cak Imin dari Ketum PKB. Dalam hal ini, mungkin mengakhiri karir politik Cak Imin di PKB. Walau entah diluaran nanti ia bisa saja meloncat parpol atau memilih menjadi pejabat. Semoga saja Cak Imin tidak terus bersembunyi di ketiak Jokowi. (Selengkapnya di artikel saya Cak Imin Berlindung di Ketiak Jokowi) Salam, Solo 24 Agustus 2014 11:06 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H