Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Impian Saya, Ayah Memberdayakan Diri Menyambut Buah Hati

28 November 2014   22:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:35 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="462" caption="(foto: Father Holding His Newborn Baby by Pavlo Kolotenko - fineartamerica.com)"][/caption] Seringkali, ayah menjadi pihak 'penonton' saat sang istri melahirkan. Jamaknya, hanya SIAGA atau Siap Antar Jaga semata. Namun, jauh dari pada itu menyambut buah hati atau persalinan hendaknya ayah juga terlibat. Bukan terlibat secara fisik tentunya. Namun melibatkan diri dalam memberdayakan kehamilan sang istri guna menyambut buah hati. Ayah dan ibu adalah satu paket yang harus saling bahu-membahu memberdayakan diri menyambut kehamilan. Peran ibu secara fisik saat persalinan dan dorongan mental dan spiritual ayah adalah upaya bersama. Kehadiran cinta dan kasih dalam menyambut buah hati adalah keniscayaan. Semua dengan satu tujuan, menyambut buah hati yang lama dinanti. Siapa sih yang tidak senang bertemu seseorang yang sudah lama dinantikan. Seseorang tentunya akan mempersiapkan segala sesuatu. Tampilan fisik dan persiapan mental pun tentunya akan dilakukan. Karena orang yang dinanti begitu disayang dan dirindukan. Persiapan adalah adalah yang tidak terpisahkan. Begitupun dengan menyambut buah hati kita. Persiapan, sekaligus pemberdayaan diri ayah dan ibu juga patut dilakukan. Karena sang Pencipta memberikan waktu kurang lebih 9 bulan untuk ayah-ibu mempersiapkan segalanya. Waktu yang cukup untuk mempersiapkan dan memberdayakan. Seperti pengalaman saya (lihat link artikel saya di bawah) Bagaimana ayah memberdayakan diri menyambut buah hati? Sebuah pertanyaan yang jamak ditemui. Sebuah proposisi yang bukan sulit ditemukan jawabannya. Namun enggan saja memahami dan mencarinya. Ayah bisa dan dianjurkan pula memberdayakan diri. Caranya? Pertama, pelajari dan fahami ilmu mengenai kandungan dan persalinan. Tidak harus mendetail serupa dokter speliasis kandungan tentunya. Selama 9 bulan lebih, ayah mau menyempatkan diri membaca dan menelaah semua tentang kehamilan. Pembagian semester kehamilan, kesehatan janin, penyakit yang mungkin muncul, dsb. Hal yang banyak ditemui di buku-buku tentang kehamilan di toko buku. Belilah, minimal satu buku. Kedua, berdayakan fisik, mental dan spiritual menyambut buah hati. Menghilangkan trauma atau gambaran 'mengerikan' kehamilan bukan saja dilakukan sang ibu. Mensugesti diri untuk berfikir positif pada kehamilan pun perlu. Menghilangkan ketakutan akan darah atau gambarang perempuan mengerang kesakitan juga salah satunya. Mensugesti diri dengan afirmasi positif adalah jalan agar mental sang ayah kuat. Tentunya, memperbanyak doa dan ketabahan utuh pada sang Pencipta juga harus dilakukan. Karena, man propose God dispose. Memberdayakan diri ini bukan cuma mimpi buat saya. Karena saya sendiri sudah pernah 'melahirkan'. Dengan kata lain, mendapat manfaat dan pengalaman indah dalam memberdayakan diri menyambut buah hati (lihat link artikel saya dibawah). Dan impian ini tentunya tidak cukup untuk saya sendiri. Atau saya alami satu kali saja. Ingin impian saya ini saya bagikan. Menggugah kesadaran ayah untuk turut serta memberdayakan kehamilan untuk persalinan yang normal dan nyaman. Dan untuk melakukan semua itu, media sosial adalah jalan utama. Tulisan dan tweet akan sangat berarti untuk ayah bersama-sama memberdayakan diri. Guna men-support kesadaran memberdayakan diri dalam kehamilan untuk ayah. Semua didukung dengan koneksi internet yang stabil dan cepat tentunya. Apalagi jika dilakukan tanpa kuatir batas waktu atau pulsa. Menjawab tweet dari Twitter saya atau menjawab komentar artikel tentu dilakukan dari manapun. Jangkauan luas koneksi internet pun penting adanya. Semua halangan itu bisa saya jadikan tantangan. Jika satu tahun saya bisa mendapat paket internet gratis, saya yakin banyak ayah akan tergugah. Sebuah gerakan agar ayah melek kehamilan dan persalinan. Paket internet gratis selama setahun tentunya akan memberikan dampak signifikan pada ayah. Dengan sosial media yang beragam dan akses yang luas. Tulisan dan tweet tentang pemberdayaan ayah dalam menyambut buah hati tentunya akan optimal. Ayah Bisa! Kisah saya memberdayakan diri menyambut buah hati Pengalaman Saya Melahirkan 1 | 2 | 3 | 4 (Tulisan ini memenangkan lomba blog di bidankita.com di sini) Salam, Solo, 28 November 2014 03:26 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun