VIVAnews - (08/12/2014) Situasi Kabupaten Painai, Papua, tepatnya di Enarotali, mencekam. Ratusan warga berkumpul dengan membawa lima jenazah korban penembakan yang diduga dilakukan aparat gabungan TNI-Polri.
Titik kumpul warga hanya sekitar 100 meter dari kantor polsek dan Koramil Enarotali.
Ketua Adat Paniai John NR Gobai mengatakan, ratusan warga hingga kini masih bertahan di Lapangan Karel Gobai untuk meminta pertanggungjawaban aparat keamanan atas tewasnya rekan mereka.
"Massa masih berada di lapangan bersama lima jenazah yang tewas. Mereka ingin meminta pertanggungjawaban aparat, kenapa mereka menembaki warga sipil tak berdosa," ucap Gobai. (berita: m.vivanews.com)
Kejadian demi penyalahgunaan senjata tentunya tidak diinginkan. Baik oleh pihak aparat atau kami, sebagai warga sipil. Baik penggunaan senjata untuk pembubaran massa, atau memberi tembakan peringatan saya pikir juga tidak perlu. Misalnya, massa yang menuntut hak atau berdemo tentunya harus sama-sama mengerti. Capek dan stressnya aparat. Aparat pun harus mau dan bisa melebarkan dada selebar-lebarnya atas kekecewaan massa atas satu hal. Semua saling berpadu demi menjaga keamanan yang kondusif.
Secara individual pun, aparat harus benar-benar bertanggung jawab atas senjata yang dibawanya. Diberikan senjata pada aparat tentunya ada tanggung jawab besar. Slogan Mengayomi dan Melidungi harus selalu diingat dan dihayati kalau perlu. Lebih lagi, memupuk keyakinan atau nilai-nilai moral tradisi juga memupuk rasa tanggung jawab. Tidak perlu paham agama untuk mencegah manusia tidak saling melukai sesama. Hanya butuh nurani dan niat baik. Karena sejatinya manusia adalah kebaikan.
Salam,
Solo 09 Desember 2014
00:04 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H