[caption id="" align="aligncenter" width="410" caption="(Would Help A Boy Freezing Child? - screenshot: osocio.org)"][/caption] Baru saja ngeh, kalau ada Social Experiment Clip (SEC) di televisi kita. Sepertinya di acara On The Spot Trans7 yang baru tayang sore ini (07/01/2015). Entah sudah tayang berapa kali SEC ini, namun sepertinya akan ada acara-acara lain yang meniru. Atau bahkan, ada yang membuat satu acara khusus yang menayangkan SEC ini. Bukan saya menolak atau anti SEC seperti ini. Namun karena fenomena yang disorot kadang tidak mencerminkan mayoritas masyarakat yang ditampilkan SEC ini. Belum lagi jika dicurigai ada unsur-unsur rekayasa, walau sebenarnya SEC ini tersembunyi atau candid. Semua demi mengundang drama dan tragedi agar rating naik. Yang saya saksikan sore ini, adalah SEC sederhana. Yaitu sebuah klip tentang simpati orang-orang di halte pada seorang ibu hamil. Ibu hamil ini seorang talent (aktor) perempuan yang pura-pura hamil dan berdiri di halte bus yang ramai. Yang disoroti adalah, apakah orang-orang di halte bus akan memberikan bangku untuk ibu hamil? Adegan direkam dengan kamera tersembunyi atau candid. Dan dari beberapa halte ramai yang si ibu hamil kunjungi, hanya satu orang di suatu halte yang mempersilahkan duduk. Walau banyak lelaki dan anak muda yang duduk di halte. Nampaknya tidak tergerak hatinya memberikan kursi di halte untuk si ibu. Rasa empati merasakan betapa susahnya ibu hamil, 'nampaknya' mulai luntur di masyakarakat kita. Social Experiment Clip, Apa Itu? Sebenarnya belum ada definisi pasti SEC untuk saat ini. Namun semua didasarkan pada teori Defining The Situation, seorang sosiolog A.S Erving Goffman. Menurutnya, sebuah interaksi sosial yang dilakukan sehari-hari pada umumnya akan melibatkan seseorang sebagai pelaku dan penonton. Sebagai pelaku, seseorang akan menampilkan sebaik mungkin interaksi yang dilakukan pada satu situasi. Sehingga, orang disekitarnya mampu termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Namun jika terjadi hal yang salah atau kurang berkenan pada si pelaku dan sitauasi. Maka persepsi pun berubah. Bisa terjadi ketidakpedulian akan si pelaku. Selama tidak merugikan orang lain atau penonton, maka perilaku tersebut wajar adanya. Karena mayoritas cuek, maka yang lain pilih 'damai' dengan hal tersebut. (sumber: wikipedia.org) [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="(The Importance of Appearance - screenshot: news.softpedia.com)"][/caption] Dan yang coba disoroti banyak clip atau video Social Experiment adalah hal yang lumrah dan baik. Namun mulai luntur secara kolektif. Tindakan yang secara sosial benar, di SEC ini disoroti betapa hal tersebut tidak berlaku lagi. Semua perilaku dan norma yang baik adalah wacana saja. Namun bukan pada praktik lapangan atau realitasnya. Walau secara 'nurani' salah, jika terjadi secara minoritas maka yang hendak menolong akan menjadi sungkan. Dan yang sering saya lihat, SEC ini banyak yang menyoroti peran gender, rasial, usia, dan hal-hal yang kadang sepele namun di masyakarat sudah mulai diabaikan. Seperti contoh dari SEC yang ditayangkan acara On The Spot Trans7 diatas. Memberikan tempat duduk untuk wanita hamil adalah perbuatan baik dan sewajarnya demikian. Namun realitasnya tidak demikian. Pernah saya lihat SEC yang juga menyoroti rasisme di AS. Saat seorang Afro-American pura-pura mengejar copet yang berkulit putih atau Caucasian. Nyaris tidak ada orang yang membantu. Namun saat dibalik yang dikejar adalah orang Afro-American, banyak orang sigap membantu. Dan rata-rata yang membantu adalah orang-orang Caucasian pula. Bahaya SEC yang Mungkin Mengancam Sebenarnya banyak sekali SEC di Youtube. Dan sepertinya akan ditiru oleh acara seperti On The Spot di Trans7 ini. Walau ada pula, SEC yang benar-benar goes wrong alias gagal total, bahkan membahayakan. Si talent bisa saja terluka dan tertimpa hal-hal yang tidak diinginkan. Pernah saya lihat SEC yang membuat si talent dipukuli oleh sekelompok orang Afro-American. Dengan kamera candid, SEC ini mencoba merekam si talent yang menginjak sepatu orang Afro-American yang bagus sebagai tanda 'teman akrab'. Ternyata, yang terjadi karena SKSD (Sok Kenal Sok Dekat), si talent babak belur digebuki. Walau teman yang merekam bilang mereka hanya berpura-pura dan meminta maaf. Tetap saja si talent bonyok dimassa. [caption id="" align="aligncenter" width="384" caption="(Domestic Abuse Social Experiment - screenshot: article.wn.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H