Mohon tunggu...
Giri Carakan
Giri Carakan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Program Magister FKM UI. Guru

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sdm Nakes Abal-Abal vs Hantu Mea

1 November 2014   05:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14147676271800808879

DOKTER ABAL-ABAL

Kata abal-abal sudah terdengar tidak asing lagi bagi telinga kita. Ungkapan ini merupakan sindiran untuk menjelaskan kualitas dari suatu barang atau jasa pelayanan yang terkesan asal-asalan dan tidak memenuhi standar. Mulai dari handphone, alat elektronik, kendaraan atau apapun yang tidak bagus pasti dibilang “bikinnya abal-abal”. Sindiran ini mungkin juga bisa dialamatkan untuk kondisi tenaga kesehatan kita yangbelum lama ini menjadi headline pembicaraan dikalangan professional kesehatan. Dimana berita ini membuat sebagian dari pemerhati masalah kesehatan merasa kupingnya “panas”. Siapakah yang mencetus? Ya, Dia seseorang yang bernamaNafsiah Mboi, seorang menkes di era pemerintahan SBY, yang meminta fakultas kedokteran abal-abal ditutup?!

“Dua tahun lalu waktu saya baru jadi menteri, ada 74 Fakultas Kedokteran dan sebagiannya ituabal-abal. Saya minta FK yang seperti itu ditutup saja," ujarnya sambil menyiratkan nada kecewa akan kualitas dokter yang semakin mengkhawatirkan. Bahkan dia menambahkan bahwa ada fakultas kedokteran yang menerima mahasiswa dari background STM dan SMK. Hmm…. Statement ini menyibak tabir kelam akan kualitas lulusan bidang kesehatan yang makin lama bisa dibilang makin tidak karuan. Padahal kita semua tahu, stereotype di masyarakat bahwa kasta tertinggi pendidikan kesehatan terletak pada kompetensi dokter. Kalau dokter saja bisa dibilang abal abal apalagi kompetensi profesi kesehatan lainnya. Padahal sekarang kita sedang menghadapi era globalisasi yang menuntut kompetensi dan skill yang excellent.

Hantu MEA 2014

Globalisasi sudah terasa sekarang. Ibarat dunia mau kiamat, pasti ada tanda-tanda alam yang menyiratkan pesan, bahwa sebentar lagi akan terjadi kiamat besar. Seperti itulah globalisasi terlihat seperti hantu yang selalu menghantui, selalu kita rasakan, namun tidak terasa wujudnya. Era globalisasi ditandai dengan terbukanya semua hal apapun dimana tidak ada lagi sekat dan dinding pemisah antar suatu negara. Salah satu hantu globalisasi yang akan datang tak lama lagi melanda ibu pertiwi adalah Asean Free Trade atau yang familiar disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Seperti kiamat, MEA juga sudah menampakkan tanda-tanda kehadirannya. Mulai dari barang maupun jasa hingga warga negara asing muncul dan bertebaran di seantero negeri. Hal ini sudah merupakan hal yang bukan tabu lagi untuk dibicarakan.

Sama seperti sektor lain seperti perdagangan, manufaktur, jasa dll, hingga sektor kesehatan juga tidak luput dari pengaruh MEA. Mulai berjamurnya fasilitas kesehatan asing seperti klinik dan rumah sakit asing hingga dokter dan perawat asing, berbondong-bondong untuk tidak melewatkan ceruk pasar kesehatan di negeri ini. Seperti kita tahu bahwa dulu ramai sekali dibicarakan, baik di warung kopi hingga sosial media, klinik-klinik yang berbau asing menghiasi ibukota. Brand seperti Klinik T*ng F*ng dan Klinik M*tr*p*l* menjadi buah bibir di masyarakat karena providernya berasal dari negeri asing. Bahkan kini korporasi jaringan asing sudah berani menginvestasikan jutaan dollar untuk menginvasi pelosok-pelosok negeri, seperti membangun Rumah sakit di pedesaan. Dan bukan tidak mungkin nanti kita akan temukan seorang dokter yang berasal dari Inggris akan bertugas di Rumah sakit di pelosok Ternate. Ini suatu hal yang niscaya.

REVOLUSI MENTAL

Melihat kondisi diatas, sebagai tenaga kesehatan aseli Indonesia, apa yang harus kita benahi segera. Pertama kita harus membenahi mental kita, seperti ide Jokowi tentang revolusi mental. Revolusi mental penting dilakukan untuk mengubah mindset kita dari pribadi atau tenaga kesehatan yang biasa, menjadi individu yang revolusioner. Kita harus meningkatkan skill dan kompetensi. Tidak cukup dengan wawasan nusantara saja, namun perlu diupgrade dengan wawasan bertaraf internasional. Tidak ada lagi tenaga kesehatan (nakes) yang tidak kompeten dan abal-abal. Ini bukan PR individu saja untuk senantiasa meningkatkan kualitas dirinya, tetapi juga semua stakeholder bergotong-royong membereskan masalah ini. Mulai dari institusi pendidikan yang menghasilkan lulusan nakes yang brilliant, kurikulum yang sesuai dengan harapan zaman, organisasi profesi yang senantiasa meng-upgrade sertifikasi dan kompetensi di setiap lini profesi kesehatan. Hal yang paling penting adalah dukungan pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk selalu uptodate dengan kebutuhan pasar.

Epilog

Semoga kedepan tidak ada lagi istilah dokter abal abal. Kalau dokter saja bisa disebut abal-abal apalagi kompetensi nakes lainnya seperti bidan, perawat, sanitarian, dokter gigi, kesmas, epidemiolog dll. Hmmm… Hantu MEA sudah di ujung pintu rumah besar kita kurang lebih 2 bulan lagi. Saatnya kita berbenah dan bersama sama meningkatkan skill, kompetensi dan professionalitas kita. Bagi anda, wahai nakes yang telah siap menghadapi MEA dengan sejuta amunisi kompetensi anda, maka saya ucapkan selamat menempuh hidup baru. Namun bagi anda yang belum atau tidak siap dengan keadaan ini, maka bersiaplah untuk menjadi penonton saja. Segeralah bergerak. Bergerak sekarang atau mati tergilas zaman. Waspadalah! Waspadalah !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun