Revolusi Industri 4.0
Industri 4.0, yang dipopulerkan oleh Klaus Schwab dari World Economic Forum pada tahun 2016, bertujuan untuk menghilangkan keterlibatan manusia dalam manufaktur dengan mempercepat otomatisasi. Namun, mulai tahun 2020 dan seterusnya, telah terjadi pergerakan ke arah manusia dan mesin yang bekerja bersama-sama, yang dijuluki Industri 5.0.
Meskipun Industri 4.0 menawarkan manfaat penghematan biaya dengan mengotomatisasi proses, tetap saja Industri 4.0 memiliki kelemahan. Â Sebagai contoh, perusahaan mobil swakemudi Cruise dibekukan lisensinya di San Francisco setelah sebuah robotaxi menyeret seorang pejalan kaki di jalan. Peristiwa kecelakaan ini menunjukkan peran manusia yang tak tergantikan di bidang teknologi, bukan hanya di bidang manufaktur.Â
Untuk mencapai efisiensi yang lebih besar, menumbuhkan budaya inovasi, dan mempertahankan reputasi etis yang kuat yang menghindari kesalahan langkah seperti yang dialami Cruise, perusahaan sekarang mengadaptasi strategi yang memanfaatkan kekuatan unik dari manusia dan mesin yang lebih mumpuni. Salah satunya dengan beralih ke Industri 5.0. Meskipun ada beberapa tantangan, Industri 5.0 menjanjikan masa depan yang lebih cerah, di mana manusia dan mesin membentuk kembali sektor manufaktur menjadi lebih baik.
Robot sebagai pekerja
Pada dasarnya, Industri 5.0 menganut nilai tak tergantikan yang dibawa oleh manusia ke dunia kerja. Sementara mesin, unggul dalam tugas-tugas yang membutuhkan pengulangan, kecepatan, penyerapan data, dan akurasi yang tak tergoyahkan, manusia memiliki seperangkat kemampuan kognitif yang unik yang tidak dapat ditiru oleh kecerdasan buatan, setidaknya belum.
Dari kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah hingga kecerdasan emosional dan penalaran adaptif, pikiran manusia tetap menjadi aset yang tak tertandingi dalam industri apa pun. Kolaborasi ini tentunya akan mengubah permainan, karena kelemahan dari satu sisi akan dieliminasi oleh kekuatan dari sisi lainnya.
Bagi para pekerja, transisi menuju Industri 5.0 merupakan peluang untuk memanfaatkan kemampuan manusia yang unik sambil meningkatkan keterampilan agar lebih efektif di tempat kerja modern. Alih-alih digantikan oleh otomatisasi, pekerja dapat menjadi mitra yang berharga dalam proses manufaktur untuk mendorong peningkatan dan inovasi yang berkelanjutan.
Bayangkan sebuah proses produksi yang telah diubah, di mana pekerja dilengkapi dengan perangkat pintar untuk mendapatkan data dan instruksi secara real time, berkolaborasi dengan robot untuk menangani pengangkatan berat dan penempatan komponen yang tepat. Pekerja juga akan memantau kinerja sistem otomatis, bertindak sebagai penjaga untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah.Â
Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah mereka akan sangat penting, dan perusahaan dapat memberdayakan mereka lebih lanjut dengan menormalkan pelatihan di bidang ini. Para pekerja perlu beradaptasi dengan situasi yang tidak terduga di luar cakupan otomatisasi mereka saat ini, sehingga membuat pemikiran komputasi dan keterampilan pengkodean dasar menjadi bidang lain yang berharga untuk pelatihan yang dinormalisasi.
Hal ini akan membuka peluang untuk pengembangan profesional, karena perusahaan berinvestasi dalam program pelatihan dan pelatihan ulang sesuai dengan keterampilan yang diperlukan untuk berkembang di era ini. Sebagai contoh, keterampilan analisis data dapat menjadi bagian standar dalam orientasi untuk semua karyawan baru, terlepas dari peran spesifik mereka. Hal ini akan membekali mereka dengan kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan data dalam tugas sehari-hari mereka, sehingga menumbuhkan budaya berbasis data di perusahaan.